Selasa, 28 Juli 2015

Analisis Pewarna



UJI PEWARNA MAKANAN

Iis Sa’diah 

ABSTRAK
Warna dari suatu produk makanan ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang penting. Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan, antara lain warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan. Berdasarkan sumbernya, zat pewarna dibagi menjadi dua golongan yaitu pewarna alami dan pewarna buatan. Untuk mengetahui zat pewarna yang ada dalam makanan dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu melarutkan sampel, kemudian menambahkan HCl 0,05 N pada sampel sampai mencapai pH 4, kemudian memasukan benang wol yang sudah kering kedalam sampel yang telah diasamkan dan dididihkan, benang wol dicuci dan kemudian dikeringkan dan dibagi menjadi 4 bagian dan ditetesi larutan NaOH 10%, larutan NaOH 12%, larutan HCl pekat dan larutan H2SO4 pekat dan mengamati perubahan warna yang terjadi. Berdasarkan hasil pengujian pada beberapa sampel diperoleh hasil yaitu sampel yang positif mengandung zat warna sintetis yaitu sirup orange squash giant, agar-agar rasa jeruk, agar-agar rasa strawberry, oki jelly drink rasa jeruk, fanta, koko jelly drink rasa lemon, ale-ale jeruk, permen pendekar, jelly kiko, big cola strawberry dan marimas strawberry. Sedangkan sampel makanan yang negatif atau mengandung zat warna alami yaitu saos indofood bangkok, permen relaxa rasa cherry dan momogi coklat.
Kata Kunci : Pewarna makanan, zat warna sintetis, zat warna alami.
ABSTRACT
The color of a food or beverage product is one of the important characteristics . Color is one of the basic criteria for determining the quality of food , among other colors can give a clue to the chemical changes in food , such as browning . Based on the source , dyes are divided into two groups, namely natural dyes and artificial coloring. To find a coloring agent in foods can be done in several stages, dissolving the sample , then add HCl 0:05 N in the sample to reach a pH of 4 , then enter the wool that has been dried in the sample that had been acidified and boiled , wool washed and then dried and is divided into 4 sections and drops 10 % NaOH solution , 12 % NaOH solution , a solution of concentrated HCl and concentrated H2SO4 solution and observe the color change. Based on lab results on several samples obtained results are positive samples containing synthetic colors syrup giant orange squash , orange flavored gelatin , strawberry flavored gelatin , oki jelly orange flavored drink , fanta , koko jelly lemon flavored drink , ale- orange ale , candy warrior , jelly kiko , big cola strawberry and strawberry Marimas . While the food samples were negative or contains natural pigments that Indofood bangkok sauce , candy Relaxa and Momogi.
 
Keywords : food coloring , synthetic dye , natural dyes .
 
 

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan jajanan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan pada kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun pedesaan. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, cita rasanya enak dan cocok dengan selera kebanyakan orang. Makanan jajanan meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi juga beresiko terhadap kesehatan. Hal ini disebabkan oleh penanganannya yang sering tidak higienis, akibatnya peluang bagi mikroba untuk tumbuh dan berkembang cukup besar. Selain itu dalam proses pembuatannya sering kali ditambahkan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak diizinkan.
Menurut FAO dan WHO dalam kongres di Roma pada tahun 1956 menyatakan bahwa Bahan Tambahan Makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah sedikit, yaitu untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur atau memperpanjang daya simpan. Tujuan menggunakan Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan lebih mudah dihidangkan serta memperbaiki preparasi bahan pangan. Diantara beberapa bahan tambahan makanan yang sering digunakan adalah pemanis dan pewarna sintetis.
Warna dari suatu produk makanan ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang penting. Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan, antara lain warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan (deMan JM. 1997). Berdasarkan sumbernya, zat pewarna dibagi menjadi dua golongan yaitu pewarna alami dan pewarna buatan.
1)      Pewarna Alami
Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan seperti: caramel, coklat, daun suji, daun pandan dan kunyit. Jenis-jenis pewarna alami tersebut antara lain:
a.    Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang terdapat pada daun
b.    Mioglobulin dan Hemoglobin; zat warna merah pada daging
c.    Karotenoid; kelompok pigmen yang  berwarna orange, merah orange dan larut dalam lipid.
d.   Anthosiamin dan Anthoxanthim; warna pigmen merah, biru violet terdapat pada buah dan sayur-sayuran.
2)      Pewarna Buatan
Suatu zat pewarna buatan harus melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa dulu yang kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hal akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya (Cahyadi, 2006).Namun sering sekali terjadi penyalahgunaan pemakaian pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna tekstil dan kulit untuk mewarnai bahan pangan. Bahan tambahan pangan yang ditemukan adalah pewarna yang berbahaya terhadap kesehatan seperti Amaran, Auramin, Methanyl Yellow, dan Rhodamin B. Jenis-jenis makanan jajanan yang ditemukan mengandung bahan-bahan berbahaya ini antara lain sirup, saus, bakpau, kue basah, pisang goring, tahu, kerupuk, es cendol, mie dan manisan (Yuliarti,2007).
Timbulnya penyalahgunaan bahan tersebut disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan juga disebabkan karena harga zat pewarna untuk industri lebih murah dibanding dengan harga zat pewarna untuk pangan (Seto,2001).

1.2 Tujuan
·         Untuk mengetahui adanya pewarna makanan sintetis dan alami dalam sampel.
·         Untuk mengetahui jenis pewarna apa yang digunakan dalam sampel.

II. METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengujian yaitu penangas air, gelas ukur, pipet tetes, cawan petri/lempeng tetes dan pH meter.
Bahan yang digunakan dalam pengujian yaitu benang wol, sampel makanan (sirup orange squash giant, agar-agar rasa jeruk, agar-agar rasa strawberry, permen pendekar, Okky jelly drink jeruk, saos indofood bangkok, marimas strawberry, fanta, permen relaxa rasa cherry, koko jelly drink rasa lemon, ale-ale jeruk, jelly kiko, momogi coklat dan big cola strawberry), larutan HCl pekat, larutan H2SO4 pekat, larutan NaOH 10%, dan larutan NaOH 12%.
2.2 Cara Kerja
·         Melarutkan sampel sebanyak 30ml kemudian ditambahkan HCl 0,05 N hingga pH mencapai 4. Bila sampel berupa padatan maka ditambahkan 30ml untuk diasamkan dengan HCl 0,05 sampai pH mencapai 4.
·         Kemudian menyiapkan benang wol berukuran 40cm yang digunakan untuk mengekstrak pewarna, yang sebelumnya telah dididihkan selama 30 menit.
·         Masukan benang wol yang sudah kering kedalam sampel yang telah diasamkan dan dididihkan selama 30 menit.
·         Benang wol tersebut dikeluarkan, dicuci dan kemudian dikeringkan.
·         Pada prosedur terakhir benang wol tersebut dibagi menjadi 4 bagian diletakkan diatas lempeng tetes. Masing-masing potongan benang wol diteteskan dengan Larutan NaOH 10%, Larutan NaOH 12%, larutan HCl pekat dan larutan H2SO4 pekat
·         Kemudian mengamati perubahan warna yang terjadi.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
Kelompok
Sampel
HCl pekat
H2SO4 pekat
NaOH 10%
NaOH 12%
1
sirup orange squash giant (Tartrazine)
Lebih gelap
Lebih gelap
Sedikit berubah
Sedikit berubah
2
Agar-agar rasa jeruk (Tartrazine dan Orange G)
Lebih gelap
Lebih gelap
Tidak berubah
Sedikit berubah
3
Agar-agar rasa Strawberry (Tartrazine)
Lebih gelap
Lebih gelap
Sedikit berubah
Sedikit berubah
4
Permen Pendekar (biru berlian CI 42090)
Kebiruan
Orange
Kebiruan
Kebiruan
5
Oki jelly drink rasa jeruk (Tartrazine)
Lebih gelap
Lebih gelap
Sedikit berubah
Sedikit berubah
6
Saos Indofood Bangkok
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
7
Marimas Strawberry (Karmoisin CI 14720)
Tidak berubah
Berubah orange
Tidak berubah
Tidak berubah
8
Fanta (amaranth&Tartrazine)
Lebih gelap (a), lebih gelap (t), violet merah (anline yellow), sedikit berubah (orange G)
Ungu-kecoklatan (a), lebih gelap (t),
coklat keruh kemerahan (amaranth), coklat kusam merah (orange G),
sedikit berubah (amaranth), sedikit berubah (Tartrazinee)
9
Permen Relaxa rasa Cherry
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
10
Koko jelly drink rasa lemon (Tartrazine)
Lebih gelap
Lebih gelap
Sedikit berubah
Sedikit berubah
11
Ale-Ale Jeruk (Tartrazine)
Lebih gelap
Lebih gelap
Tidak berubah
Sedikit berubah
12
Jelly kiko
Pink muda kebiruan
Kuning kecoklatan
Lebih kebiruan
Lebih kebiruan
13
Momogi coklat
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
14
Big Cola Strawberry (karmiosin cl 14720)
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna
Tidak berubah warna


3.2 Pembahasan
Penentuan mutu dan bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur, dan nilai gizinya; diamping itu ada faktor lain, misalnya sifat mikrobiologis. Tetapi sebelum ada faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan menyimpang dari warna yang seharusnnya. Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cra pengolahan ditandai dengan adanya warna yang seragam dan merata (Winarno,1995).
Pewarna kimia didefinisikan sebagai bahan kimia aktif karena itu memerlukan perhatian yang lebih besar daripada aditif lunak (bland) seperti emulsifier. Pewarna sintetik dan produk metabolitnya jika dikonsumsi dalam jumlah besar memungkinkan toksik dan menyebabkan kanker, deformasi dan lain-lain (Vries 1996). Sedangkan pewarna pangan alami yaitu diekstraksi dan diisolasi dari tanaman dan hewan yang berbeda yang tidak memberikan efek yang membahayakan sehingga dapat digunakan dalam beberapa pangan dalam jumlah tertentu. Namun, pewarna alami memiliki kestabilan yang rendah, kurang cerah dan tidak merata, tetapi harganya sangat murah.
Pada praktikum uji pewarna makanan, dilakukan meliputi beberapa tahap, yaitu melakukan persiapan alat, bahan bahan dan sampel yang akan dianalisis warnanya. Kemudian dilakukan pengasaman terlebih dahulu terhadap sampel yang akan diujikan dengan cara mengukur pH sampel sampai pHnya menjadi 4, untuk sampel yang bersifat basa/belum mencapai pH ditambahkan HCL dan untuk sampel yang terlalu asam ditambahkan NaOH. Sampel yang digunakan yaitu sirup orange squash giant, agar-agar rasa jeruk, agar-agar rasa strawberry, permen pendekar, Okky jelly drink jeruk, saos indofood bangkok, marimas strawberry, fanta, permen relaxa rasa cherry, koko jelly drink rasa lemon, ale-ale jeruk, jelly kiko, momogi coklat dan big cola strawberry.
Identifikasi terhadap kandungan pewarna sintetis yang terdapat dalam sampel, yaitu dengan menggunakan benang wol. Sebelum melakukan analisis, benang wol dipanaskan terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 100oC. Setelah itu benang wol dikeringkan dan kemudian dimasukkan kedalam sampel yang sudah dilakukan pengasaman dan dipanaskan selama 30 menit. Kemudian dilakukan analisis dengan cara benang wol dicuci dengan aquades, kemudian dikeringkan dan ditetesi dengan beberapa zat kimia sebagai parameter untuk melakukan analisis yaitu potongan benang bagian 1 diteteskan dengan HCL pekat, bagian 2 dengan H2SO4 pekat, bagian 3 dengan NaOH 10% dan bagian 4 dengan NH4OH 12%. Kemudian membandingkan warna dari sampel yang diujikan dengan tabel warna yang sudah disediakan.
Dari hasil pengamtan, diketahui sampel makanan yang positif mengandung zat warna sintetis berupa Tartrazine yaitu sirup orange squash giant, agar-agar rasa jeruk, agar-agar rasa strawberry, oki jelly drink rasa jeruk, fanta, koko jelly drink rasa lemon, jelly kiko dan ale-ale jeruk. Untuk sampel agar-agar rasa jeruk selain mengandung zat warna Tartrazine juga mengandung Orange G dan untuk sampel fanta yaitu amaranth. Untuk sampel permen pendekar mengandung zat warna berupa zat biru berlian CI 42090, marimas strawberry dan big cola strawberry yaitu karmoisin CI 14720. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada benang wol setelah ditetesi larutan HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10% dan NaOH 12% yang dapat dilihat pada tabel diatas.
Sedangkan sampel makanan yang negatif atau tidak mengandung zat warna sintetis yaitu saos indofood bangkok, permen relaxa rasa cherry dan momogi coklat. Ha ini ditandai dengan tidak adanya perubahan warna pada benang wol setelah ditetesi larutan HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10% dan NaOH 12%.
Tartrazine
Tartrazine (dikenal sebagai E102 atau FD&C Yellow 5) adalah pewarna kuning lemon sintetis yang umum digunakan sebagai pewarna makanan. Tartrazine merupakan turunan dari coal tar, yang merupakan campuran dari senyawa fenol, hidrokarbon polisiklik, dan heterosiklik. Karena kelarutannya dalam air, Tartrazine umum digunakan sebagai bahan pewarna minuman. Absorbansi maksimal senyawa ini dalam air jatuh pada panjang gelombang 427±2 nm. Tartrazine merupakan bahan pewarna yang umum digunakan di Afrika, Swedia, dan Indonesia. Batas pemakaian Tartrazinee yaitu 100 mg/kg bahan makanan.
Sifat-sifat Tartrazine:
·       Tampilan berupa : tepung berwarna kuning jingga.
·       Kelarutan: mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol 95%, mudah larut dalam gliserol dan glikol.
·       Rumus molekul Tartrazinee adalah : C16H9N4Na3O9S2 dan nama IUPAC dari Tartrazinee adalah : Trisodium (4E)-5-oxo-1-(4-sulfonatophenyl)-4-[(4-sulfonatophenyl)hydrazono]-3-pyrazolecarboxylate.
·       Tahan terhadap asam asetat, HCl, NaOH 10%. NaOH 30% merubah warna menjadi kemerah-merahan.
·       Berat molekul: 534,4 gram/mol.
·       Rumus bangun :
Menurut referensi, efek  yang ditimbulkan dari penggunaan Tartrazinee secara rutin atau berlebihan dapat menyebabkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang. Selain itu juga dapat menyebabkan sejumlah reaksi alergi dan intoleransi bagi orang-orang yang intoleransi terhadap aspirin atau penderita asma. Beberapa referensi lain menyebutkan bahwa penggunaan Tartrazine dapat menyebabkan biduran (urtikaria) dengan prevalensi di bawah 0,01% atau 1 dari 10.000 penderita. Gejala alergi Tartrazinee dapat timbul apabila senyawa ini terhirup (inhalasi) atau ditelan (ingesti). Reaksi alergi yang timbul berupa sesak napas, pusing, migrain, depresi, pandangan kabur, dan sulit tidur.
Menurut The American Academic of Pediastrics Committee on Drugs, Tartrazine dapat menyebabkan gangguan kesehatan, diantaranya adalah tumor pada kelenjar tiroid, Lymphocytic lymphomas, serta kerusakan kromosom. Penggunaan Tartrazine sendiri telah dihentikan di beberapa negara, yakni Austria, Norwegia, serta Jerman.

Amaranth
Amaranth adalah zat warna sintetis berwarna merah yang larut dalam air. Zat warna ini mulai diizinkan digunakan dalam makanan/minuman di Amerika Serikat sejak tahun 1906 (Food & Drug Act, 1906), kemudian zat warna tersebut dikenal dengan sebutan FD & C Red No. 2. Bahan pewarna ini merupakan pewarna merah yang biasanya ditambahkan pada minuman. Penambahan zat ini secara berlebihan,akan mengakibatkan bebagai masalah pada tubuh. Salah satunya kanker.
Bedasarkan hasil penelitian grup peneliti Soviet mengenai Amaranth tersebut. Grup pertama melaporkan, zat warna tersebut bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker), sedangkan grup yang kedua menyimpulkan bahwa zat warna tersebut bersifat embriotoksik (meracuni janin). Namun, zat warna ini mulai dizinkan digunakan dalam makanan/minuman sejak 1 Januari 1977 di negara-negara anggota MEE (Belgia, Denmark, Perancis, Jerman Barat, Itali, Belanda dan Inggris). Di Indonesia sendiri zat warna Amaranth diizinkan digunakan dalam makanan/minuman berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.11332/A/SK/73 tanggal 22 Oktober 1973.

Zat biru berlian ci 42090
Zat ini merupakan bahan pewarna yang dapat diberi pada makanan dan substansi lainnya untuk mengubah warna. Brilliant Blue memberi warna biru pada makanan. Zat pewarna yang memiliki rumus empiris C37H34N2Na2O9S3 ini termasuk pewarna golongan trifenil metan, yang merupakan tepung berwarna ungu perunggu. Bila pewarna ini dilarutkan dalam air akan menghasilkan warna hijau kebiruan. Pewarna ini bersifat larut dalam glikol dan gliserol, agak larut dalam alkohol 95%. Brilliant Blue FCF tahan terhadap asam asetat tetapi agak luntur oleh cahaya. Pewarna ini juga agak tahan terhadap HCl 10% tetapi akan berwarna kehijauan, sedangkan pada HCl 30% warnanya menjadi hijau kekuningan.
Brilliant Blue FCF juga agak tahan terhadap NaOH 10% dan akan membentuk warna merah anggur pada NaOH 30%. Warna merah juga akan terbentuk terhadap alkali lain pada suhu tinggi. Pewarna ini lebih tahan terhadap reduktor daripada dengan golongan pewarna azo dan tidak terpengaruh oleh gula invert, Cu, maupun Al. Masa simpan brilliant blue FCF adalah selama lima tahun.

Karmoisin ci 14720
Karmoisin ci 14720 adalah bahan pewarna sintetik yang memberikan warna merah pada bahan makanan maupun minuman. Berdasarkan Menteri Kesehatan RI Nomor : 033 Tahun 2012 tentang bahan tambahan makanan, Karmoisin CI 141720 merupakan BTP pewarna sintetis dan merupakan Bahan Tambahan makanan yang diijinkan untuk digunakan dalam makanan. Penggunaan Karmoisin Cl 141720 yang berlebihan dapat menyebabkan kanker hati dan menimbulkan alergi.
Zat Pewarna Alami
Zat warna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan,hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Secara kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak daripada zat pewarna sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama. Pada kondisi tersebut, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan. Zat pewarna alami juga menghasi lkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis. Oleh karena itu zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis (Lee, 2005).
Kelebihan zat warna alami yaitu aman karena diambil dari alam langsung dan merupakan bahan organik. Sedangkan kekurangan zat warna alami yaitu terkesan memberikan rasa khas yang tidak diinginkan seperti kunyit, konsentrasi pigmennya kecil sehingga memerlukan bahan baku yang banyak, stabilitas pigmen rendah, keseragaman warna kurang baik, spektrum warna tidak luas serta mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan. Meskipun zat warna alami secara kuantitas lebih banyak kekurangan, namun secara kualitas zat warna alami lebih aman dibandingkan zat warna sintetis.
Pada umunya, fungsi BTP (zat warna) yang dugunakan dalam bahan pangan yaitu untuk :
·         Memberi kesan menarik bagi konsumen
·         Menyeragamkan warna makanan
·         Menstabilkan warna
·         Menutupi perubahan warna selama proses pengolahan
·         Mengatasi perubahan warna selama penyimpanan

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum uji pewarna pada beberapa sampel makanan, maka dapat disimpulkan:
1.    Sampel makanan yang positif mengandung zat warna sintetis yaitu sirup orange squash giant, agar-agar rasa jeruk, agar-agar rasa strawberry, oki jelly drink rasa jeruk, fanta, koko jelly drink rasa lemon, ale-ale jeruk, permen pendekar, jelly kiko, big cola strawberry dan marimas strawberry. Sedangkan sampel makanan yang negatif atau mengandung zat warna alami yaitu saos indofood bangkok, permen relaxa rasa cherry dan momogi coklat
2.    - Sampel maknaan yang mengandung zat warna berupa Tartrazine yaitu sirup orange   squash giant, agar-agar rasa jeruk, agar-agar rasa strawberry, oki jelly drink rasa jeruk, fanta, koko jelly drink rasa lemon, jelly kiko dan ale-ale jeruk.
-Sampel yang mengandung zat warna berupa orange G yaitu agar-agar rasa jeruk.
- Sampel yang mengandung zat warna berupa amaranth yaitu fanta.
-Sampel yang mengandung zat warna berupa zat biru berlian CI 42090 yaitu permen pendekar.
-Sampel yang mengandung zat warna berupa karmoisin CI 14720 yaitu Marimas rasa stroberi dan big cola rasa stroberi.
-Sampel yang mengandung zat warna alami yaitu saos indofood bangkok, permen relaxa rasa cherry dan momogi coklat.
V. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Bahan Aktif Makanan Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia. http://www.wordpress.com. [12 Desember 2014]
Anonim.2010.Pewarna makanan,[Online], tersedia pada: http://konsultansi-agroindustri.blogspot.com/2010/06/tabel-pewarna-makanan-yang-dilarang.html [13 desember 2014]
Cahyadi,W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.
deMan JM. 1997.Kimia Makanan Edisi
       Kedua. Penerjemah: Prof. Dr.
       Kosasih Padmawinata. Bandung:
       Penerbit ITB. 1997: 238, 253, 280
      – 282, 487 – 491, 520 – 529.
Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Tentang Tanda Khusus Pewarna Makanan. http://www.pom.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember 2010.
Extraction of Sunset Yellow and Tartrazinee by Ion-pair Frmation With Adogen-464 and Tfeir Simultaneous Determination by Bivariate Calibration and Derivative Spectrophotometry. Analyst. 122 : 1575 – 1579.
Pedro, L.L, Leticia LM, Luis IMR, Katarzyna W, Kazimierz W, and Judith A.H. 1997.
Suyatma, DEA, Dr. Ir. Nugraha E. 2009. Analisis Warna. [ Materi Kuliah ] Departemen ITP, FATETA IPB. Bogor.
Wikipedia. 2011. Tartrazinea. http://id.wikipedia.org [13 Desember 2014].
Wikipedia. 2012. Sunset Yellow. http://id.wikipedia.org [13 Desember 2014].
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
























Lampiran


Tidak ada komentar:

Posting Komentar