UJI PEWARNA
MAKANAN
Iis
Sa’diah
ABSTRAK
Warna dari suatu produk makanan
ataupun minuman merupakan salah satu ciri yang penting. Warna merupakan salah
satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan, antara lain warna dapat
memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan. Berdasarkan
sumbernya, zat pewarna dibagi menjadi dua golongan yaitu pewarna alami dan
pewarna buatan. Untuk mengetahui zat pewarna yang ada dalam makanan dapat
dilakukan dengan beberapa tahap yaitu melarutkan sampel, kemudian menambahkan
HCl 0,05 N pada sampel sampai mencapai pH 4, kemudian memasukan benang wol yang
sudah kering kedalam sampel yang telah diasamkan dan dididihkan, benang wol
dicuci dan kemudian dikeringkan dan dibagi menjadi 4 bagian dan ditetesi
larutan NaOH 10%, larutan NaOH 12%, larutan HCl pekat dan larutan H2SO4
pekat dan mengamati perubahan warna yang terjadi. Berdasarkan hasil pengujian
pada beberapa sampel diperoleh hasil yaitu sampel yang positif mengandung zat
warna sintetis yaitu sirup orange squash giant, agar-agar rasa jeruk, agar-agar rasa strawberry, oki jelly drink
rasa jeruk, fanta, koko jelly drink rasa lemon, ale-ale
jeruk,
permen pendekar, jelly kiko, big cola strawberry dan
marimas strawberry. Sedangkan sampel makanan
yang negatif atau mengandung zat warna alami yaitu saos indofood bangkok,
permen relaxa rasa cherry dan momogi coklat.
Kata Kunci : Pewarna
makanan, zat warna sintetis, zat warna alami.
ABSTRACT
The color of a food or beverage product is one of the important characteristics . Color is one of the basic criteria for determining the quality of food , among other colors can give a clue to the chemical changes in food , such as browning . Based on the source , dyes are divided into two groups, namely natural dyes and artificial coloring. To find a coloring agent in foods can be done in several stages, dissolving the sample , then add HCl 0:05 N in the sample to reach a pH of 4 , then enter the wool that has been dried in the sample that had been acidified and boiled , wool washed and then dried and is divided into 4 sections and drops 10 % NaOH solution , 12 % NaOH solution , a solution of concentrated HCl and concentrated H2SO4 solution and observe the color change. Based on lab results on several samples obtained results are positive samples containing synthetic colors syrup giant orange squash , orange flavored gelatin , strawberry flavored gelatin , oki jelly orange flavored drink , fanta , koko jelly lemon flavored drink , ale- orange ale , candy warrior , jelly kiko , big cola strawberry and strawberry Marimas . While the food samples were negative or contains natural pigments that Indofood bangkok sauce , candy Relaxa and Momogi.
Keywords : food coloring , synthetic dye , natural dyes .
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Makanan jajanan telah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan pada kehidupan masyarakat, baik di
perkotaan maupun pedesaan. Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah
didapat, cita rasanya enak dan cocok dengan selera kebanyakan orang. Makanan jajanan meskipun memiliki beberapa keunggulan,
tetapi juga beresiko terhadap kesehatan. Hal ini disebabkan oleh penanganannya
yang sering tidak higienis, akibatnya peluang bagi mikroba untuk tumbuh dan
berkembang cukup besar. Selain itu dalam proses pembuatannya sering kali
ditambahkan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak diizinkan.
Menurut FAO dan WHO
dalam kongres di Roma pada tahun 1956 menyatakan bahwa Bahan Tambahan Makanan
adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah
sedikit, yaitu untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur atau
memperpanjang daya simpan. Tujuan menggunakan Bahan Tambahan Makanan (BTM)
adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya
simpan, membuat bahan lebih mudah dihidangkan serta memperbaiki preparasi bahan
pangan. Diantara beberapa bahan tambahan makanan yang sering digunakan adalah
pemanis dan pewarna sintetis.
Warna dari suatu produk makanan ataupun minuman merupakan
salah satu ciri yang penting. Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk
menentukan kualitas makanan, antara lain warna dapat memberi petunjuk mengenai
perubahan kimia dalam makanan, seperti pencoklatan (deMan JM. 1997). Berdasarkan sumbernya,
zat pewarna dibagi menjadi dua golongan yaitu pewarna alami dan pewarna buatan.
1) Pewarna
Alami
Pada pewarna alami zat
warna yang diperoleh berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan seperti: caramel,
coklat, daun suji, daun pandan dan kunyit. Jenis-jenis pewarna alami tersebut
antara lain:
a.
Klorofil, yaitu zat warna alami
hijau yang terdapat pada daun
b.
Mioglobulin dan Hemoglobin; zat
warna merah pada daging
c.
Karotenoid; kelompok pigmen
yang berwarna orange, merah orange dan
larut dalam lipid.
d.
Anthosiamin dan Anthoxanthim;
warna pigmen merah, biru violet terdapat pada buah dan sayur-sayuran.
2) Pewarna
Buatan
Suatu zat pewarna buatan harus melalui perlakuan pemberian
asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau
logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik
sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa dulu yang
kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hal akhir, atau
terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya (Cahyadi, 2006).Namun sering
sekali terjadi penyalahgunaan pemakaian pewarna untuk sembarang bahan pangan,
misalnya zat pewarna tekstil dan kulit untuk mewarnai bahan pangan. Bahan
tambahan pangan yang ditemukan adalah pewarna yang berbahaya terhadap kesehatan
seperti Amaran, Auramin, Methanyl Yellow, dan Rhodamin B. Jenis-jenis makanan jajanan yang ditemukan
mengandung bahan-bahan berbahaya ini antara lain sirup, saus, bakpau, kue basah, pisang goring, tahu, kerupuk, es
cendol, mie dan manisan (Yuliarti,2007).
Timbulnya penyalahgunaan bahan tersebut disebabkan karena
ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, dan juga disebabkan
karena harga zat pewarna untuk industri lebih murah dibanding dengan harga zat
pewarna untuk pangan (Seto,2001).
1.2
Tujuan
·
Untuk mengetahui adanya pewarna
makanan sintetis dan alami dalam sampel.
·
Untuk mengetahui jenis pewarna
apa yang digunakan dalam sampel.
II.
METODE PENELITIAN
2.1
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengujian yaitu penangas air, gelas ukur, pipet tetes,
cawan petri/lempeng tetes dan pH meter.
Bahan yang digunakan dalam pengujian yaitu
benang wol, sampel makanan (sirup orange squash
giant, agar-agar rasa
jeruk, agar-agar rasa strawberry, permen pendekar, Okky
jelly drink jeruk, saos indofood bangkok, marimas strawberry, fanta, permen relaxa rasa cherry,
koko jelly drink rasa lemon, ale-ale
jeruk, jelly
kiko, momogi coklat dan big cola strawberry), larutan HCl pekat, larutan H2SO4
pekat, larutan NaOH 10%, dan larutan NaOH 12%.
2.2
Cara Kerja
·
Melarutkan sampel sebanyak 30ml
kemudian ditambahkan HCl 0,05 N hingga pH mencapai 4. Bila sampel berupa
padatan maka ditambahkan 30ml untuk diasamkan dengan HCl 0,05 sampai pH
mencapai 4.
·
Kemudian menyiapkan benang wol
berukuran 40cm yang digunakan untuk mengekstrak pewarna, yang sebelumnya telah
dididihkan selama 30 menit.
·
Masukan benang wol yang sudah
kering kedalam sampel yang telah diasamkan dan dididihkan selama 30 menit.
·
Benang wol tersebut
dikeluarkan, dicuci dan kemudian dikeringkan.
·
Pada prosedur terakhir benang
wol tersebut dibagi menjadi 4 bagian diletakkan diatas lempeng tetes.
Masing-masing potongan benang wol diteteskan dengan Larutan NaOH 10%, Larutan
NaOH 12%, larutan HCl pekat dan larutan H2SO4 pekat
·
Kemudian mengamati perubahan warna yang terjadi.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
Kelompok
|
Sampel
|
HCl pekat
|
H2SO4 pekat
|
NaOH 10%
|
NaOH 12%
|
1
|
sirup orange
squash giant (Tartrazine)
|
Lebih gelap
|
Lebih gelap
|
Sedikit berubah
|
Sedikit berubah
|
2
|
Agar-agar
rasa jeruk (Tartrazine dan Orange G)
|
Lebih gelap
|
Lebih gelap
|
Tidak
berubah
|
Sedikit
berubah
|
3
|
Agar-agar
rasa Strawberry (Tartrazine)
|
Lebih gelap
|
Lebih gelap
|
Sedikit berubah
|
Sedikit berubah
|
4
|
Permen Pendekar (biru berlian CI 42090)
|
Kebiruan
|
Orange
|
Kebiruan
|
Kebiruan
|
5
|
Oki jelly drink rasa jeruk (Tartrazine)
|
Lebih gelap
|
Lebih gelap
|
Sedikit berubah
|
Sedikit berubah
|
6
|
Saos Indofood Bangkok
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
7
|
Marimas
Strawberry (Karmoisin CI 14720)
|
Tidak berubah
|
Berubah
orange
|
Tidak berubah
|
Tidak berubah
|
8
|
Fanta (amaranth&Tartrazine)
|
Lebih gelap (a), lebih gelap (t),
violet merah (anline yellow), sedikit berubah (orange G)
|
Ungu-kecoklatan (a), lebih gelap (t),
|
coklat keruh
kemerahan (amaranth), coklat kusam merah (orange G),
|
sedikit
berubah (amaranth), sedikit berubah (Tartrazinee)
|
9
|
Permen Relaxa rasa Cherry
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
10
|
Koko jelly drink rasa lemon (Tartrazine)
|
Lebih gelap
|
Lebih gelap
|
Sedikit berubah
|
Sedikit berubah
|
11
|
Ale-Ale
Jeruk (Tartrazine)
|
Lebih gelap
|
Lebih gelap
|
Tidak
berubah
|
Sedikit
berubah
|
12
|
Jelly kiko
|
Pink muda
kebiruan
|
Kuning
kecoklatan
|
Lebih
kebiruan
|
Lebih
kebiruan
|
13
|
Momogi coklat
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
14
|
Big Cola Strawberry (karmiosin cl 14720)
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
Tidak berubah warna
|
3.2
Pembahasan
Penentuan mutu dan bahan makanan pada umumnya sangat
bergantung pada beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna, tekstur, dan
nilai gizinya; diamping itu ada faktor lain, misalnya sifat mikrobiologis.
Tetapi sebelum ada faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor
warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan. Suatu bahan yang
dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila
memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan menyimpang dari
warna yang seharusnnya. Selain sebagai faktor yang ikut menentukan mutu, warna
juga dapat digunakan sebagai indikator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya
cara pencampuran atau cra pengolahan ditandai dengan adanya warna yang seragam
dan merata (Winarno,1995).
Pewarna kimia didefinisikan sebagai bahan kimia aktif karena
itu memerlukan perhatian yang lebih besar daripada aditif lunak (bland) seperti
emulsifier. Pewarna sintetik dan produk metabolitnya jika dikonsumsi dalam
jumlah besar memungkinkan toksik dan menyebabkan kanker, deformasi dan
lain-lain (Vries 1996). Sedangkan pewarna pangan alami yaitu diekstraksi dan
diisolasi dari tanaman dan hewan yang berbeda yang tidak memberikan efek yang
membahayakan sehingga dapat digunakan dalam beberapa pangan dalam jumlah
tertentu. Namun, pewarna alami memiliki kestabilan yang rendah, kurang cerah
dan tidak merata, tetapi harganya sangat murah.
Pada praktikum uji pewarna makanan, dilakukan meliputi
beberapa tahap, yaitu melakukan persiapan alat, bahan bahan dan sampel yang
akan dianalisis warnanya. Kemudian dilakukan pengasaman terlebih dahulu
terhadap sampel yang akan diujikan dengan cara mengukur pH sampel sampai pHnya
menjadi 4, untuk sampel yang bersifat basa/belum mencapai pH ditambahkan HCL
dan untuk sampel yang terlalu asam ditambahkan NaOH. Sampel yang digunakan yaitu
sirup orange squash giant, agar-agar rasa jeruk, agar-agar rasa strawberry,
permen pendekar, Okky jelly drink jeruk, saos indofood bangkok, marimas strawberry, fanta, permen
relaxa rasa cherry, koko jelly drink rasa lemon, ale-ale jeruk, jelly kiko, momogi coklat dan big cola strawberry.
Identifikasi terhadap kandungan pewarna sintetis yang
terdapat dalam sampel, yaitu dengan menggunakan benang wol. Sebelum melakukan
analisis, benang wol dipanaskan terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 100oC.
Setelah itu benang wol dikeringkan dan kemudian dimasukkan kedalam sampel yang
sudah dilakukan pengasaman dan dipanaskan selama 30 menit. Kemudian dilakukan
analisis dengan cara benang wol dicuci dengan aquades, kemudian dikeringkan dan
ditetesi dengan beberapa zat kimia sebagai parameter untuk melakukan analisis
yaitu potongan benang bagian 1 diteteskan dengan HCL pekat, bagian 2 dengan
H2SO4 pekat, bagian 3 dengan NaOH 10% dan bagian 4 dengan NH4OH 12%. Kemudian
membandingkan warna dari sampel yang diujikan dengan tabel warna yang sudah
disediakan.
Dari hasil pengamtan, diketahui sampel makanan yang positif
mengandung zat warna sintetis berupa Tartrazine yaitu sirup orange squash giant, agar-agar rasa jeruk, agar-agar rasa strawberry, oki jelly drink
rasa jeruk, fanta, koko jelly drink rasa lemon, jelly kiko dan ale-ale jeruk. Untuk sampel agar-agar rasa
jeruk selain mengandung zat warna Tartrazine juga mengandung Orange G dan untuk
sampel fanta yaitu amaranth. Untuk sampel permen pendekar mengandung zat
warna berupa zat biru berlian CI 42090, marimas strawberry dan big cola
strawberry yaitu karmoisin CI 14720.
Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada benang wol setelah
ditetesi larutan HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10%
dan NaOH 12% yang dapat dilihat pada tabel diatas.
Sedangkan sampel
makanan yang negatif atau tidak mengandung zat warna sintetis yaitu saos
indofood bangkok, permen relaxa rasa cherry dan momogi coklat. Ha ini ditandai
dengan tidak adanya perubahan warna pada benang wol setelah ditetesi larutan
HCl pekat, H2SO4 pekat, NaOH 10% dan NaOH 12%.
Tartrazine
Tartrazine (dikenal
sebagai E102 atau FD&C Yellow 5) adalah pewarna kuning lemon sintetis yang
umum digunakan sebagai pewarna makanan. Tartrazine merupakan turunan dari coal
tar, yang merupakan campuran dari senyawa fenol, hidrokarbon polisiklik,
dan heterosiklik.
Karena kelarutannya dalam air, Tartrazine umum digunakan sebagai bahan pewarna
minuman. Absorbansi
maksimal senyawa ini dalam air jatuh pada panjang gelombang 427±2 nm. Tartrazine
merupakan bahan pewarna yang umum digunakan di Afrika, Swedia, dan Indonesia. Batas
pemakaian Tartrazinee yaitu 100 mg/kg bahan makanan.
Sifat-sifat Tartrazine:
·
Tampilan berupa :
tepung berwarna kuning jingga.
·
Kelarutan: mudah larut
dalam air, sedikit larut dalam alkohol 95%, mudah larut dalam gliserol dan
glikol.
·
Rumus molekul Tartrazinee adalah : C16H9N4Na3O9S2
dan nama
IUPAC dari Tartrazinee adalah : Trisodium (4E)-5-oxo-1-(4-sulfonatophenyl)-4-[(4-sulfonatophenyl)hydrazono]-3-pyrazolecarboxylate.
·
Tahan terhadap asam
asetat, HCl, NaOH 10%. NaOH 30% merubah warna menjadi kemerah-merahan.
·
Berat molekul: 534,4 gram/mol.
·
Rumus bangun :
Menurut referensi, efek yang ditimbulkan dari penggunaan Tartrazinee secara rutin atau berlebihan dapat
menyebabkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh
ribu orang. Selain
itu juga dapat menyebabkan sejumlah reaksi alergi dan
intoleransi bagi orang-orang yang intoleransi terhadap aspirin atau penderita
asma.
Beberapa referensi lain menyebutkan bahwa penggunaan Tartrazine dapat
menyebabkan biduran (urtikaria) dengan prevalensi di bawah 0,01% atau 1 dari
10.000 penderita.
Gejala alergi Tartrazinee dapat timbul apabila senyawa ini terhirup
(inhalasi) atau ditelan (ingesti). Reaksi alergi yang timbul berupa sesak
napas, pusing, migrain, depresi, pandangan kabur, dan sulit tidur.
Menurut The
American Academic of Pediastrics Committee on Drugs, Tartrazine dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, diantaranya adalah tumor pada kelenjar tiroid, Lymphocytic
lymphomas, serta kerusakan kromosom. Penggunaan Tartrazine
sendiri telah dihentikan di beberapa negara, yakni Austria, Norwegia, serta
Jerman.
Amaranth
Amaranth adalah zat warna sintetis berwarna merah yang larut
dalam air. Zat warna ini mulai diizinkan digunakan dalam makanan/minuman di
Amerika Serikat sejak tahun 1906 (Food & Drug Act, 1906), kemudian zat
warna tersebut dikenal dengan sebutan FD & C Red No. 2. Bahan pewarna ini
merupakan pewarna merah yang biasanya ditambahkan pada minuman. Penambahan zat
ini secara berlebihan,akan mengakibatkan bebagai masalah pada tubuh. Salah
satunya kanker.
Bedasarkan hasil penelitian grup peneliti
Soviet mengenai Amaranth tersebut. Grup pertama melaporkan, zat warna tersebut
bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker), sedangkan grup yang kedua
menyimpulkan bahwa zat warna tersebut bersifat embriotoksik (meracuni janin).
Namun, zat warna ini mulai dizinkan digunakan dalam makanan/minuman sejak 1
Januari 1977 di negara-negara anggota MEE (Belgia, Denmark, Perancis, Jerman
Barat, Itali, Belanda dan Inggris). Di Indonesia sendiri zat warna Amaranth
diizinkan digunakan dalam makanan/minuman berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No.11332/A/SK/73 tanggal 22 Oktober 1973.
Zat biru berlian
ci 42090
Zat ini merupakan bahan pewarna yang dapat diberi pada
makanan dan substansi lainnya untuk mengubah warna. Brilliant Blue memberi
warna biru pada makanan. Zat pewarna yang memiliki rumus empiris C37H34N2Na2O9S3
ini termasuk pewarna golongan trifenil metan, yang merupakan tepung berwarna
ungu perunggu. Bila pewarna ini dilarutkan dalam air akan menghasilkan warna
hijau kebiruan. Pewarna ini bersifat larut dalam glikol dan gliserol, agak
larut dalam alkohol
95%. Brilliant Blue FCF tahan terhadap asam asetat
tetapi agak luntur oleh cahaya. Pewarna ini juga agak tahan terhadap HCl 10%
tetapi akan berwarna kehijauan, sedangkan pada HCl 30% warnanya menjadi
hijau kekuningan.
Brilliant Blue FCF juga agak tahan terhadap NaOH 10% dan akan
membentuk warna merah anggur pada NaOH 30%. Warna merah juga akan terbentuk
terhadap alkali lain pada suhu tinggi. Pewarna ini lebih tahan terhadap reduktor
daripada dengan golongan pewarna azo dan tidak terpengaruh oleh gula
invert, Cu, maupun Al. Masa simpan brilliant blue FCF adalah selama lima tahun.
Karmoisin
ci 14720
Karmoisin ci 14720 adalah bahan pewarna sintetik yang
memberikan warna merah pada bahan makanan maupun minuman. Berdasarkan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 033 Tahun 2012 tentang bahan tambahan makanan, Karmoisin
CI 141720 merupakan BTP pewarna sintetis dan merupakan Bahan Tambahan makanan
yang diijinkan untuk digunakan dalam makanan. Penggunaan
Karmoisin Cl 141720 yang berlebihan dapat menyebabkan kanker hati dan
menimbulkan alergi.
Zat
Pewarna Alami
Zat warna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari
tumbuhan,hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Secara
kuantitas, dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih banyak daripada zat pewarna
sintetis untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama. Pada kondisi tersebut,
dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan. Zat
pewarna alami juga menghasi lkan karakteristik warna yang lebih pudar dan
kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis. Oleh karena itu
zat ini tidak dapat digunakan sesering zat pewarna sintetis (Lee, 2005).
Kelebihan zat
warna alami yaitu aman karena
diambil dari alam langsung dan merupakan bahan organik. Sedangkan kekurangan zat warna alami yaitu terkesan
memberikan rasa khas yang tidak diinginkan seperti kunyit, konsentrasi
pigmennya kecil sehingga memerlukan bahan baku yang banyak, stabilitas pigmen
rendah, keseragaman warna kurang baik, spektrum warna tidak luas serta mudah
mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan. Meskipun zat
warna alami secara kuantitas lebih banyak kekurangan, namun secara kualitas zat
warna alami lebih aman dibandingkan zat warna sintetis.
Pada umunya, fungsi BTP (zat warna) yang dugunakan dalam
bahan pangan yaitu untuk :
·
Memberi kesan menarik bagi
konsumen
·
Menyeragamkan warna makanan
·
Menstabilkan warna
·
Menutupi perubahan warna selama
proses pengolahan
·
Mengatasi perubahan warna
selama penyimpanan
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum uji
pewarna pada beberapa sampel makanan, maka dapat disimpulkan:
1. Sampel makanan yang
positif mengandung zat warna sintetis yaitu sirup orange
squash giant, agar-agar rasa jeruk, agar-agar
rasa strawberry, oki jelly drink rasa jeruk, fanta, koko jelly drink rasa lemon, ale-ale jeruk, permen
pendekar, jelly kiko, big cola strawberry dan marimas
strawberry. Sedangkan
sampel makanan yang negatif atau mengandung zat warna alami yaitu saos indofood
bangkok, permen relaxa rasa cherry
dan momogi coklat
2. - Sampel maknaan yang mengandung zat warna berupa Tartrazine yaitu sirup orange squash giant, agar-agar rasa jeruk, agar-agar rasa strawberry, oki jelly drink
rasa jeruk, fanta, koko jelly drink rasa lemon, jelly kiko dan ale-ale jeruk.
-Sampel
yang mengandung zat warna berupa orange G yaitu agar-agar
rasa jeruk.
- Sampel yang
mengandung zat warna berupa amaranth yaitu fanta.
-Sampel
yang mengandung zat warna berupa zat biru berlian CI
42090 yaitu permen pendekar.
-Sampel
yang mengandung zat warna berupa karmoisin CI 14720 yaitu Marimas rasa stroberi
dan big cola rasa stroberi.
-Sampel yang mengandung zat warna alami yaitu saos
indofood bangkok, permen relaxa rasa cherry dan momogi coklat.
V.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010.
Bahan Aktif Makanan Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia. http://www.wordpress.com.
[12 Desember 2014]
Anonim.2010.Pewarna makanan,[Online], tersedia
pada: http://konsultansi-agroindustri.blogspot.com/2010/06/tabel-pewarna-makanan-yang-dilarang.html [13
desember 2014]
Cahyadi,W. 2006. Analisis
dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.
deMan JM. 1997.Kimia Makanan Edisi
Kedua. Penerjemah:
Prof. Dr.
Kosasih Padmawinata. Bandung:
Penerbit ITB. 1997: 238, 253, 280
– 282,
487 – 491, 520 – 529.
Dirjen Pengawasan
Obat dan Makanan. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
Tentang Tanda Khusus Pewarna Makanan. http://www.pom.go.id.
Diakses pada tanggal 26 Desember 2010.
Extraction of Sunset Yellow and Tartrazinee by
Ion-pair Frmation With Adogen-464 and Tfeir Simultaneous Determination by
Bivariate Calibration and Derivative Spectrophotometry. Analyst. 122 :
1575 – 1579.
Pedro, L.L, Leticia LM, Luis IMR, Katarzyna W,
Kazimierz W, and Judith A.H. 1997.
Suyatma, DEA, Dr.
Ir. Nugraha E. 2009. Analisis Warna. [ Materi Kuliah ] Departemen ITP, FATETA
IPB. Bogor.
Wikipedia. 2011. Tartrazinea.
http://id.wikipedia.org [13 Desember
2014].
Wikipedia. 2012. Sunset
Yellow. http://id.wikipedia.org [13
Desember 2014].
Winarno, F.G.
1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar