A. THRESHOLD DENGAN RANGSANGAN TUNGGAL
DAN UJI PASANGAN
I.
Teori
Uji
inderawi merupakan pengujian terhadap sifat karakteristik bahan (pangan)
menggunakan indera manusia. Sehingga dalam aplikasinya diperlukan suatu
kepekaan yang tajam. Salah satu bagian dari uji inderawi adalah uji threshold.
Metode pengujian threshold merupakan salah satu metode untuk
pengujian panelis dalam penentuan sensitivitas. Metode ini digunakan untuk
menentukan tingkat konsentrasi terendah suatu substansi yang dapat
dideteksi absolutethreshold) atau
perubahan konsentrasi terkecil suatu substansi yang dapat dideteksi perubahannya
(difference threshold). Biasanya substansi yang mau dikaji dilarutkan dalam air
murni, dan panelis diminta untuk menilai sample mana yang berbeda dengan air,
dalam hal ini air murni juga disajikan sebagai pembanding (Sapta 2010)
Ambang rangsangan atau threshold
adalah suatu konsentrasi bahan terendah yang mulai dapat menghasilkan kesan
yang wajar. Ambang rangsangan terdiri dari 4 macam yaitu :
1.
Ambang Mutlak, yaitu jumlah benda perangsang terkecil
yang dapat menghasilkan kesan atau tanggapan. Misalnya konsentrasi yang
terkecil dari larutan garam yang dapat dibedakan rasanya dari cairan pelarutnya
yaitu air murni. Pengukuran ambang mutlak didasarkan pada konvensi bahwa
setengah (50%) dari jumlah panelis dapat mengenal atau dapat menyebutkan dengan
tepat akan sifat sensoris yang dinilai.
2. Ambang
Pengenalan, disebut juga recognition threshold. Ambang pengenalan dapat
dikacaukan dengan ambang mutlak. Jika pada ambang mutlak mengenai kesan yang
mulai diperoleh atau dirasakan maka pada ambang pengenalan meliputi pengenalan
atau identifikasi jenis kesan (Mailgard 1999). Dalam hal ini jika kesan kesan
itu berupa rasa asin, misalnya rasa asin itu
betul-betul mulai dapat diidentifikasi oleh pencicip. Pada ambang mutlak
mungkin rasa asin itu belum diidentifikasi dnegan tepat, baru dapat diketahui
adanya rasa yang berbeda denganbahan pelarutnya. Perbedaan ini menyangkut juga
metode pengukurannya yang berbeda dengan ambang pengenalan dan ambang mutlak.
Pengukuran ambang pengenlan didasarkan pada 75% panelis dapt mengenali
rangsangan. Jadi ambang pengenalan dapat diidentifikasikan sebagai konsentrasi
atau jumlah perbandingan terendah yang dapat dikenali dengan betul.
3.
Ambang Pembedaan, juga disebut difference
threshold,yang berbeda dengan ambang pengenalan dan juga ambang mutlak. Ambang
pembedaan merupakan perbedaan terkecil dari rangsangan yang masih dapat
dikenali. Besarnya ambang pembedaan tergantung dari jenis rangsangan, jenis
penginderaan dan besarnya rangsangan itu sendiri. Ambang pembedaan
menyangkut dua tingkat kesan rangsangan yang sama. Jika dua rangsangan tersebut
terlalu kecil bedanya maka akan menjadi tidak dapat dikenali
perbedaannya. Sebaliknya jika dua tingkat rangsangan itu terlalu besar
akan dengan mudah dikenali. Difference threshold dapat ditentukan dengan
menggunakan standar lebih dari satu, biasanya sekitar empat standar.
Masing-masing standar akan dibandingkan dengan sampel-sampel pada interval
konsentrasi tertentu. Perbedaan konsentrasi yang dapat dideteksi dengan benar
oleh 75% panelis adalah perbedaan konsentrasi yang mencerminkan difference
threshold (Kartika dkk 1988). Ambang pembedaan berbeda besarnya tergantung dari
beberapa faktor. Disamping tergantung pada jenis rangsangan dan jenis
penginderaan juga tergantung pada besarnya rangsangan itu sendiri.
4.
Ambang Batas, disebut juga terminal threshold yang
merupakan rangsangan terbesar yang jika kenaikan tingkat rangsangan dapat
menaikan intensitas kesan. Apabila pada ketiga
ambang tersebut diatas diterapkan batas terendah maka pada ambang batas
diterapkan batas atas. Kemampuan manusia memperoleh kesan dari adanya
rangsangan tidak selamanya sebanding dengan besarnya rangsangan yang diterima.
Rangsangan yang terus menerus dinaikan pada suatu saat tidak akan menghasilkan
kenaikan intensitas kesan. Rangsangan terbesar jika kenaikan tingkat rangsangan
menaikkan intensitas kesan disebut ambang batas. Ambang batas juga bisa
ditentukan dngan menetapkan rangsangan terkecil yaitu jika kenaikan tingkat
rangsangan tidak lagi mempengaruhi btingkat intensitas kesan
Metode pengujian threshold merupakan salah satu metode untuk
pengujian panelis dalam penentuan sensitivitas. Metode ini digunakan untuk menentukan
tingkat konsentrasi terendah suatu substansi yang dapat dideteksi (absolute
threshold) atau perubahan konsentrasi terkecil suatu substansi yang
dapat dideteksi perubahannya (difference threshold). Biasanya
substansi yang akan dikaji dilarutkan dalam air murni, dan panelis
diminta untuk menilai sample mana yang berbeda dengan air, dalam hal ini air
murni juga disajikan sebagai pembanding (Kartika dkk., 1988).
Selain itu metode ini juga dapat
digunakan untuk mengenal macam-macam stimulusnya (recognition threshold),
misalnya asin, manis, dan lain-lain. Recognition threshold
umumnya lebih tinggi dari pada absolute threshold. Metode ini pula
kadang-kadang digunakan untuk seleksi panelis, namun beberapa peneliti
menganggap cara ini kurang tepat dipakai, karena keberhasilan dalam menguji
larutan murni tidak dapat dipakai sebagai kriteria keberhasilan dalam menguji
sampel yang mengandung bermacam-macam zat dengan konsentrasi yang berbeda,
selain itu ada kelemahannya, yaitu pada
penentuan threshold biasanya yang disajikan adalah larutan satu macam
substansi, sedangkan dalam makanan, rasa makanan merupakan campuran berbagai
rasa (Kartika dkk., 1988)
Hubungan antara rangsangan fisik dan
kesan atau tanggapan psikologis tidak selalu mudah mengukurnya. Hal ini
disebabkan oleh karena besaran tanggapan psikologis tidak selamanya mudah
diukur. Tanggapan psikologis dihasilkan dari kemampuan fisio-psikologis seorang
panelis. Kemampuan-kemampuan inilah yang menjadi andalan seseorang untuk
menjadi seorang panelis. Kemampuan psikologis dapat dikelompokkan menjadi lima
tipe, yaitu kemampuan mendeteksi, kemampuan mengenal (recognition),
kemampuan membedakan (discrimination), kemampuan membandingkan (scalling)
dan kemampuan hedonik (Soekarto, 1985).
Aplikasi uji treshold dalam industri
pangan adalah untuk menseleksi panelis atau karyawan yang akan ditempatkan di
bagian quality control ataupun research and development. Aplikasi
lainnya adalah apabila kita akan mebuat formulasi baru untuk suatu produk dengan
tingkatan konsentrasi yang berbeda maka dapat dilakukan uji treshold untuk
dapat mengetahui sejauh mana konsumen mengetahui perubahan pengenalan
rangsangan yang berasal dari produk baru yang akan kita buat (Soekarto, 1985).
II.
Tujuan Praktikum
Untuk menentukan ambang
mutlak dan ambang pengenalan dari suatu larutan dengan rangsangan tunggal dan
uji pasangan.
III.
Bahan
Larutan gula, larutan garam
III.
Cara Pengujian
1. Rangsangan
tunggal
Memberikan
nilai 0 apabila tidak memberikan rangsangan dan nilai 1 apabila memberikan
rangsangan.
2. Uji
pasangan
Memberikan nilai 0 apabila sampel
tidak berbeda dengan standar, dan nilai 1 apabila berbeda dengan standar.
VI.
Hasil Pengujian
Berdasarkan hasil
pengujian uji rangsangan tunggal dan uji pasangan, diperoleh data dari 11 orang
panelis yaitu seperti pada tabel.
Tabel
1. Rekapitulasi data uji rangsangan tunggal dan uji pasangan
1. Uji
rangsangan tunggal
Jumlah data uji
rangsangan tunggal menggunakan berbagai konsentrasi gula dengan jumlah panelis
11 orang.
Tabel
2. Analisis Regresi Uji Rangsangan Tunggal
x(%)
|
Kode
|
Y
|
Y(%)
|
XY
|
X2
|
Y2
|
0,025
|
395
|
0
|
0
|
0
|
0,000625
|
0
|
0,03
|
638
|
0
|
0
|
0
|
0,0009
|
0
|
0,035
|
103
|
0
|
0
|
0
|
0,001225
|
0
|
0,04
|
964
|
1
|
100
|
4
|
0,0016
|
10000
|
0,045
|
244
|
0
|
0
|
0
|
0,002025
|
0
|
0,05
|
528
|
0
|
0
|
0
|
0,0025
|
0
|
0,055
|
430
|
0
|
0
|
0
|
0,003025
|
0
|
Jumlah
|
1
|
100
|
4
|
0,0119
|
10000
|
|
Coefficients
|
Standard Error
|
t Stat
|
P-value
|
Lower 95%
|
Upper 95%
|
Lower 95.0%
|
Upper 95.0%
|
Intercept
|
14,28571429
|
64,52337
|
0,221404
|
0,833536
|
-151,577
|
180,1483
|
-151,577
|
180,1483
|
X Variable
1
|
-1,3428E-13
|
1564,922
|
-8,6E-17
|
1
|
-4022,76
|
4022,759
|
-4022,76
|
4022,759
|
Berdasarkan t tabel, dapat dilihat nilai
dari t yaitu 2,447.
t hitung < t tabel.
Adapun
dengan cara perhitungan pada pengujian ambang rasa (uji threshold) hasilnya
sama dengan perhitungan menggunakan rumus:
Dan
untuk penentuan nilai y dapat dicari dengan rumus : y=a + bx; dimana nilai x
merupakan nilai ambang mutlak yang merupakan konsentrasi terkecil.
2. Uji
pasangan
Jumlah data uji
pasangan menggunakan berbagai konsentrasi garam dengan jumlah panelis 11 orang.
Tabel
3. Analisis Regresi Uji Pasangan
X%
|
Y
|
Y%
|
X.y
|
X2
|
Y2
|
0,025
|
10
|
15,15151515
|
0,378788
|
0,000625
|
229,5684
|
0,03
|
9
|
13,63636364
|
0,409091
|
0,0009
|
185,9504
|
0,04
|
10
|
15,15151515
|
0,606061
|
0,0016
|
229,5684
|
0,045
|
11
|
16,66666667
|
0,75
|
0,002025
|
277,7778
|
0,055
|
10
|
15,15151515
|
0,833333
|
0,003025
|
229,5684
|
0,035
|
8
|
12,12121212
|
0,424242
|
0,001225
|
146,9238
|
0,05
|
8
|
12,12121212
|
0,606061
|
0,0025
|
146,9238
|
0,28
|
66
|
100
|
4,007576
|
0,0119
|
1446,281
|
|
Coefficients
|
Standard Error
|
t Stat
|
P-value
|
Lower 95%
|
Upper 95%
|
Lower 95.0%
|
Upper 95.0%
|
Intercept
|
4,040833
|
2,948189
|
1,370616
|
0,219557
|
-3,17312
|
11,25479
|
-3,17312
|
11,25479
|
X Variable
1
|
241,6905
|
76,44108
|
3,161788
|
0,019521
|
54,6459
|
428,735
|
54,6459
|
428,735
|
Adapun
dengan cara perhitungan pada pengujian ambang rasa (uji threshold) hasilnya
sama dengan perhitungan menggunakan rumus:
Dan
untuk penentuan nilai y dapat dicari dengan rumus : y=a + bx; dimana nilai x
merupakan nilai ambang mutlak yang merupakan konsentrasi terkecil.
Berdasarkan
hasil perhitungan diperoleh nilai dari x yaitu : -0,014650 atau 1,465% untuk
nilai ambang mutlak y=50% sedangkan untuk nilai ambang pengenalan dengan y=75%
diperoleh nilai x yaitu: 0,013615 atau 1,3615.
VI.
Pembahasan
Metode uji thershold digunakan untuk menentukan tingkat konsentrasi terendah
suatu substansi yang dapat dideteksi (absolute threshold) atau
perubahan konsentrasi terkecil suatu substansi yang dapat dideteksi
perubahannya (difference threshold)
(Kartika
dkk., 1988).
Pada praktikum uji
threshold, pengujian dilakukan dengan menggunakan sampel larutan gula dan
larutan garam dengan berbagai konsentrasi. Panelis diminta untuk memberikan
nilai 0 pada sampel yang tidak memberikan rangsangan pada uji rangsangan
tunggal dan pada sampel yang tidak memberikan perbedaan dengan sampel standar
pada uji pasangan, serta memberikan nilai 1 pada sampel yang memberikan
rangsangan pada uji rangsangan tunggal dan memberikan nilai 1 pada sampel yang
memberikan perbedaan dengan sampel standar pada uji pasangan.
1.
Uji rangsangan tunggal
Berdasarkan hasil
pengujian pada uji rangsangan tunggal pada tabel 2. diketahui dari 11 orang
panelis yang menyatakan benar hanya 1 orang. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
nilai dari t hitung yaitu 0, sedangkan berdasarkan t tabel nilainya yaitu 2,447.
Dari data yang diperoleh didapat t hitung lebih kecil dibandingkan dengan t
tabel. Hal ini dapat disimpulkan dari ke 11 panelis tersebut tidak memiliki kepekaan
terhadap uji rangsangan tunggal.
2.
Uji Pasangan
Berdasarkan
hasil pengujian pada uji pasangan yang dapat dilihat pada tabel 3. diketahui
dari 11 orang panelis yang menyatakan terdapat perbedaan pada sampel dengan
konsentrasi 0,025 sebanyak 10 panelis, konsentrasi 0,03 sebanyak 9 panelis, konsentrasi
0,04 sebanyak 10 panelis, konsenterasi 0,045 sebanyak 11 panelis, konsnetrasi
0,055 sebanyk 10 panelis, konsentrasi 0,035 sebanyak 8 panelis dan konsentrasi
0,05 sebanyak 8 panelis. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
nilai dari t hitung yaitu 3,161788 sedangkan berdasarkan t tabel nilainya yaitu 2,365.
Dari data yang diperoleh didapat t hitung lebih besar dibandingkan dengan t
tabel. Hal ini dapat disimpulkan dari ke 11 panelis tersebut memiliki kepekaan
pada uji pasangan. Berdasarkan dari tabel perhitungan, pada konsentrasi 5
% dengan jumlah panelis 11 yaitu 10. Maka dianggap Beda Nyata ( BN ), hal ini
karena nilai yang dihitung lebih besar dari tabel. Kondisi ini juga mungkin
disebabkan karena panelis berkonsentrasi penuh pada saat melakukan pengujian
tersebut. Keadaan fisik dan psikologis panelis yang baik mempengaruhi
keberhasilan panelis dalam memberikan respon benar terhadap benda rangsang (
Kartika,dkk.,1987 ).
Sedangkan untuk ambang mutlak yang diperoleh
yaitu 1,465% sedangkan untuk nilai ambang pengenalan yaitu 1,3615%. Ambang mutlak ditentukan oleh besarnya konsentrasi
dengan daya deteksi pada grafik regresi. Ambang mutlak ditentukan oleh 50%
panelis, dan ambang pengenalan ditentukan oleh 75% panelis.
Dalam dunia industri, ambang
batas sangat diperlukan karena hal ini bertujuan untuk efisiensi bahan baku
yang digunakan.
Kepekaan panelis
terhadap uji pasangan lebih baik dibandingkan ketika pengujian rangsangan
tunggal, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kecerobohan panelis saat pengujian
seperti lupa tidak menetralkan mulut
dengan air putih ketika akan melakukan uji pada sampel lain ataupun
disebabkan karena kondisi tubuh panelis yang kurang sehat sehingga tidak dapat
membedakan rasa dari sampel.
VII.
Kesimpulan
1.
Pada uji rangsangan tunggal rasa belum
bisa diidentifikasi oleh panelis sehingga tidak diperoleh nilai yang tepat
untuk ambang mutlak dan ambang pengenalan.
2.
Berdasarkan hasil pengujian
diperoleh nilai ambang mutlak pada uji pasangan yaitu yaitu
1,465% . Pengukuran ambang mutlak didasarkan pada konvensi
bahwa setengah (50%) dari jumlah panelis dapat mengenal atau dapat menyebutkan
dengan tepat akan sifat sensoris yang dinilai. Sedangkan ambang pengenalan
untuk uji pasangan nilai yang diperoleh yaitu 1,3615%.
Pengukuran ambang pengenlan didasarkan pada 75% panelis dapat mengenali
rangsangan.
B.
UJI DUO TRIO
I.
Teori
Uji duo trio termasuk dalam kelompok pengujian pembedaan (difference
test). Pengujian pembedaan digunakan untuk menilai pengaruh macam – macam
perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri,
atau untuk mengetahui adanya oerbedaan atau persamaan antara duo produk dari
komoditi yang sama. Yang terakhir ini terutama dari segi konsumen (Soekarto,
1985).
Uji duo trio adalah uji yang
digunakan untuk mendeteksi adanya perbedaan yang kecil antara dua contoh. Uji
ini relatif lebih mudah karena adanya contoh baku dalam pengujian. Biasanya Uji
Duo-trio digunakan untuk melihat perlakuan baru terhadap mutu produk ataupun
menilai keseragaman mutu bahan. ( Anonim1,2013)
Pengujian duo-trio ini
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dua buah sampel atau
mendeteksi. Perbedaan sifat yang tingkat perbedaannya hanya sedikit, misalnya
untuk mendeteksi perbedaan sifat-sifat hasil yang diperoleh dari dua kondisi
yang sedikit berbeda. Uji duo-trio merupakan salah satu uji pembeda.Uji pembeda
ini biasanya digunakanuntuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara
sampel yangdisajikan. Pada duo-trio ini digunakan sampel pembanding.
(Kartika,dkk.,1987).
Uji duo-trio di dalam
industri pangan dapat digunakan salah satunya adalah untuk reformulasi
suatu produk baru, sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya
perbedaan antara produk lama dan baru. Kelemahan uji duo trio adalah sulit
mendeskripsikan sampel yang sama dengan pembanding karena panelis akan
sulit untuk mengingat secara detail bahan yang sedang dianalisis, biasanya uji
ini dapat dilakukan dengan mudah oleh seseorang yang memiliki daya ingat yang
tinggi (Anonim2, 2011).
II.
Tujuan Praktikum
Mampu mengenali contoh produk yang sama
dengan contoh baku.
III.
Bahan
Filma, palmia
IV.
Cara Pengujian
·
Memilih salah satu contoh yang sama
dengan contoh baku dari segi warna, rasa dan bau.
·
Memberikan tanda 1 atau ceklis pada
sampel yang sama dengan contoh (R)
V.
Hasil Pengujian
Tabel
4. Rekapitulasi Data Hasil Uji Duo Trio
Nama Panelis
|
Uji Duo Trio
|
||||||||
Bau
|
Rasa
|
Warna
|
|||||||
R
|
161
|
304
|
R
|
161
|
304
|
R
|
161
|
304
|
|
Arrafi Diena
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
|||
Asri Oktaviani
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
|||
Dwinda P
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
|||
Fadhil
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
|||
Iis Sa'diyah
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
|||
Nurul Inten
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
|||
Olin Marlina
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
|||
Sarah Nastiti
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
|||
Trimelia
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
|||
Winni Tirnita
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
|||
Yuni Suryani
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
|||
Jumlah
|
3
|
9
|
2
|
6
|
4
|
10
|
Sampel : Filma, palmia
Keterangan
sampel : 161 = Filma
304 = Palmia
Tabel 5. Jumlah Beda
Nyata Uji Pasangan
Jumlah terkecil untuk beda nyata tingkat
|
|||
Jumlah panelis
|
5%
|
1%
|
0,10%
|
11
|
10
|
11
|
11
|
VI.
Pembahasan
Uji duo trio digunakan
untuk mendeteksi adanya perbedaan yang kecil antara dua contoh. Biasanya uji
duo trio digunakan untuk melihat perlakuan baru terhadap mutu produk ataupun
menilai keseragaman mutu bahan (Muda, 2011).
Pada praktikum uji duo trio, contoh
sampel yang digunakan yaitu filma berkode 161 dan palmia berkode 304. Praktikum
dilakukan dengan membandingkan bau, rasa dan warna terhadap 2 contoh sampel
dengan pembanding (R).
Pada tabel 5, dapat
diketahui dari 11 orang panelis untuk menyatakan adanya perbedaan dari
kedua contoh uji dengan 1 contoh
pembanding dibutuhkan minimal sebanyak 10 respon tepat untuk tingkat 5%, 11
respon tepat untuk tingkat 1 % dan 11 respon untuk tingkat 0,1%. Jika jumlah
respon kurang dari 10 maka kesimpulannya tidak terdapat perbedaan yang dapat
dideteksi dari ketiga jenis sampel.
Berdasarkan hasil
rekapitulasi data yang dapat dilihat pada tabel 4, diketahui dari 11 orang
panelis yang menyatakan benar untuk kesamaan dengan contoh R meliputi bau, rasa
dan warna pada sampel Filma yaitu 3, 2 dan 4 orang. Sedangkan untuk bau, rasa
dan warna pada sampel Palmia yang memilih benar untuk kesamaan dengan contoh R
yaitu 9, 6 dan 10 orang.
Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa untuk bau, rasa dan warna pada sampel Filma belum bisa
dikatakan memiliki karakteristik mutu yang berbeda dan untuk bau dan rasa pada
sampel palmia juga belum bisa dikatakan memiliki karakteristik mutu yang
berbeda karena jumlah panelis yang menyatakan sama masih dibawah persyaratan
yang diminta. Namun untuk warna pada sampel palmia bisa dikatakan memiliki
karakteristik yang berbeda pada tingkat kepercayaan 99,9% atau terdapat
perbedaan pada tingkat 5%.
VII. Kesimpulan
Dari hasil pengujian
yang telah dilakukan, didapat untuk uji warna pada sampel palmia bisa dikatakan
memiliki karakteristik yang berbeda pada tingkat kepercayaan 99,9% atau
terdapat perbedaan pada tingkat 5%. Sedangkan untuk bau, rasa dan warna pada
sampel filma belum bisa dikatakan memeiliki karakteristik mutu yang berbeda
karena jumlah panelis yang menyatakan sama masih dibawah persyaratan.
C.
UJI TRIANGLE
I.
Teori
Pengujian triangle
merupakan salah satu bentuk pengujian pembeda, dimana dalam pengujian ini sejumlah
contoh disajikan tanpa menggunakan pembanding (Kartika,1987). Ada
bermacam-macam metode pengujian organoleptik yang dapat digolongkan dalam
beberapa kelompok. Metode pengujian yang populer adalah kelompok pengujian
pembedaan (difference test) dan kelompok pengujian pemilihan (preference test),
yang banyak digunakan dalam penelitian, analisis proses dan penilaian hasil
akhir.
Uji pembedaan triangle
digunakanuntuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara sampel yang disajikan,
baik dari warna, rasa,maupun aroma. Dalam pengujian triangle , panelis diminta
untuk memilih salah satu sampel yangberbeda dari tiga sampel
yangdisajikan, sehingga dapat diketahuiperbedaan sifat diantara ketiga sampel
itu (Soekarto, 1985).
Pembedaan adalam uji
triangle tidak terarah, tidak perlu disertai pernyataan sifat yang satu lebih dari yang lainnya, cukup
menyatakan ada perbedaan atau tidak. Pengujian ini lebih banyak digunakan
karena lebih peka daripada uji berpasangan. Dalam pengujian ini kepada
masing-masing panelis disajikan secara acak tiga contoh produk dengan kode Berbeda dimana dua dari ketiga produk
sama. Panelis diminta memilih satu diantara tiga contoh mana yang mempunyai perbedaan. Keseragaman
tiga contoh sangat pentingseperti ukuran atau bentuk.
Sifat contoh yang tidak sama dimiliki dari ketiga contoh tersebutdibuat sama
(Soekarto, 1985 dalam Tjahjaningsih, 1998).
Uji segitiga atau uji triangle ini digunakan
untuk mendeteksi perbedaan yang kecil. Pengujian ini lebih banyak digunakan
karena lebih peka dari pada uji pasangan. Uji ini mula- mula diperkenalkan
oleh dua orang ahli statistik denmark padatahun 1946. Dalam pengujian ini kepada
masing-masing panelis disajikan secara acak tiga contoh berkode. Pengujian
ketiga contoh itu biasanya dilakukan bersamaan tetapi dapat pula
berturut-turut. Dua daritiga contoh itu merupakan contoh yang sama, dan yang ketiga
berlainan. Panelis diminta untuk memilih satu dari tiga contoh yangberbeda dari dua
lainnya. Dalam uji ini tidak menggunakan ataupun tidak disediakan contoh
baku atau pembanding (Kartika, 1987).
Uji triangle yang
digunakan bersifat sederhana, artinya hanya untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan antara dua macam sampel, tetapi ada pula yang bersifat lebih terarah,
yaitu untuk mengetahui sejauh mana perbedaan antara dua buah
sampel yang disediakan (Kartika,
1987).
Uji triangle digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan antar sampel yang disajikan, baik dari warna,
rasa maupun bau. Dalam pengujian triangl, panelis
diminta untuk memilih salah satu sampel yang berbeda dari tiga sampel yang
disajikan, sehingga dapat diketahui perbedaan sifat di antara ketiga sampel
itu (Rihanz 2010).
II.
Tujuan Praktikum
Mampu
membedakan contoh produk dari dua contoh yang sama dari segi bau, rasa dan
aroma.
III.
Bahan
Sambal indofood, sambal ABC.
IV.
Cara Pengujian
· Memilih
salah satu contoh yang sama dengan contoh baku dari segi warna, rasa dan bau.
· Memberikan
tanda 1 atau ceklis pada sampel yang sama dengan contoh (R)
V.
Hasil Pengujian
Tabel
6. Rekapitulasi Data Hasil Uji Triangle
Nama Panelis
|
Uji Triangle
|
||||||||
Bau
|
Rasa
|
Warna
|
|||||||
760
|
490
|
218
|
760
|
490
|
218
|
760
|
490
|
218
|
|
Arrafi Diena
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
Asri Oktaviani
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
Dwinda P
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
Fadhil
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
Iis Sa'diyah
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
Nurul Inten
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
Olin Marlina
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
Sarah Nastiti
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
Trimelia
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
Winni Tirnita
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
Yuni Suryani
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
Jumlah
|
0
|
11
|
1
|
0
|
10
|
2
|
1
|
9
|
2
|
Sampel : sambal Indofood, sambal ABC
Keterangan
sampel :
760 = Indofood
218 = Indofood
490 = ABC
Tabel
7. Jumlah Beda Nyata Uji Triangle
Jumlah terkecil untuk beda nyata tingkat
|
|||
Jumlah panelis
|
5%
|
1%
|
0,10%
|
11
|
7
|
8
|
10
|
VI.
Pembahasan
Uji segitiga (Triangle) merupakan
bentuk pengujian pembedaan pada uji organoleptik tanpa menggunakan pembanding.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antar sampel yang
disajikan, baik dari segi rasa, warna dan aroma. Pada pengujian triangle,
panelis diminta untuk memilih salah satu sampel yang berbeda dari tiga sampel
yang disediakan, sehingga dapat diketahui perbedaan sifat diantara ketiga
sampel tersebut (Rihanz, 2010).
Berdasarkan hasil pengujian, pada
tabel 6 diketahui bahwa dari 11 orang
panelis yang menyatakan terdapat perbedaan dengan contoh lain dari segi rasa,
warna dan aroma yaitu 11, 10 dan 9 orang pada sampel ABC yang berkode 490.
Menurut tabel 7, untuk menyatakan adanya perbedaan atau paling berbeda diantara
ketiga sampel dibutuhkan minimal sebanyak 7 respon tepat untuk tingkat 5%, 8
respon tepat untuk tingkat 1% dan 10 respon tepat untuk tingkat 0.1%. Dari data
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bau,
rasa dan warna pada sampel ABC berkode 490 berbeda nyata baik untuk
tingkat 5%, 1% ataupun 0,1%.
Dalam penilaian terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pengujian, yaitu motivasi,
sensitivitas fisiologis, kesalahan psikologis, sugesti, expectation eror dan
convergen eror.
VII.Kesimpulan
Dari hasil pengujian triangle
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan panelis mampu memilih satu contoh yang
berbeda dengan contoh lainnya baik dari segi bau, rasa dan warna yaitu pada sampel ABC untuk
beda nyata baik tingkat 5%, 1% ataupun 0,1%. Diantara ketiga uji pembedaan, uji
triangle merupakan uji yang mudah dikenali adanya perbedaan oleh panelis.
DAFTAR PUSTAKA
Kartika, B ; Hastuti, P dan Supartono,W, (1987), Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan, PusatAntar Universitas Pangan danGizi,
Yogyakarta.
Rihanz.2010.Persiapan uji organoleptik [Online].
Tersedia pada: http://www.scribd.com
(18 Oktober 2014)
Soekarto, Soewarno T.(1981).Penilaian Organoleptik, untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian,
PUSBANGTEPA / Food Technology Development Center, Institut Pertanian Bogor.
Soekarno, S.T.1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bharata
Karya Aksara: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar