Pada pembuatan yoghurt jagung dilakukan prinsip menggunakan metode
fermentasi dengan bantuan dua jenis bakteri menguntungkan, yaitu Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Pembuatan yoghurt ini
dilakukan melalui 2 tahap penelitian yaitu tahap pendahuluan dan tahap utama.
Pada penelitian pendahuluan, dilakukan beberapa tahap yaitu pengupasan,
pencucian, pemipilan
untuk melepaskan biji jagung dari tongkolnya,
penghancuran untuk memperbesar
luas permukaan partikel sehingga mempermudah keluarnya cairan buah
dengan penambahan air hangat (1:2) sampai menjadi susu jagung,
penyaringan untuk mendapatkan larutan sari jagung, pengamatan terhadap warna, aroma, rasa, viskositas dan
kenampakan susu jagung. Selanjutnya susu jagung yang dihasilkan dipisahkan
menjadi 2 bagian kedalam beaker glass A dengan penambahan sukrosa 5% dan susu
skim dan kedalam beaker glass B dengan tanpa penambahan susu skim (perlakuan
kontrol). Pada penelitian utama, tahap yang dilakukan yaitu pasteurisasi susu
yang telah dihasilkan, pendinginan, penginokulasian starter yoghurt sebanyak 6%
(dari susu jagung) ke dalam susu jagung dalam kondisi steril dan penutupan
beaker glass dengan alufo serta inkubasikan pada suhu 450C selama 5
jam.
Pada penelitian ini, dilakukan beberapa pengamatan yaitu
pengamatan terhadap karakteristik sensori (warna, aroma,
tekstur dan rasa), pH dan warna yoghurt jagung. Pengamatan dilakukan selama 7
hari.
Berdasarkan
hasil pengamatan pada hari ke 0, diperoleh karakteristik sensori yoghurt jagung
yang berbeda pada toples A dan toples B. Dari segi warna, aroma dan rasa
yoghurt jagung pada toples B memiliki mutu lebih baik jika dibandingkan dengan
yoghurt jagung pada toples A. Karena pada dasarnya yoghurt memiliki
karakteristik warna putih kekuningan / tergantung pada bahan asar yang
digunakan, memiliki bau khas bahan dasar yang sedikit asam serta memiliki citarasa yang
asam menyegarkan yang tajam (Davies and Law, 1984).
Sedangkan berdasarkan viskositas, yoghurt pada toples A memiliki mutu yang
lebih baik.
Hal
ini juga sesuai dengan syarat mutu yoghurt berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) 01-2981-1992, adalah sebagai berikut (Sumardikan, 2007)
Tabel 1.
Syarat Mutu Yoghurt (SNI 01-2981-1992)
No.
|
Kriteria Uji
|
Spesifikasi
|
1.
|
Keadaan
- Penampakan
- Bau
- Rasa
- Konsentrasi
|
- Cairan
kental sampai semi padat
- Normal/khas
- Asam/khas
- Homogen
|
2.
|
Lemak : % ; b/b
|
Maks. 3,8
|
3.
|
Bahan Kering
Tanpa Lemak : %
; b/b
|
Maks. 8,2
|
4.
|
Protein: % ; b/b
|
Min. 3,5
|
5.
|
Abu
|
Maks. 1.0
|
6.
|
Jumlah asam
(sebagai laktat) : %
; b/b
|
0,5 – 2,0
|
7.
|
Cemaran logam
- Timbal (Pb):
mg/kg
- Tembaga (Cu)
: mg/kg
- Seng (Zn) : mg/kg
- Timah (Sn) :
mg/kg
- Raksa (Hg) : mg/kg
- Arsen (As) :
mg/kg
|
Maks.0,3
Maks. 20
Maks. 40
Maks. 40
Maks. 0,03
Maks. 0,1
|
8.
|
Cemaran
mikroba
- Bakteri coliform
- E.coli ;
APM/g
- Salmonella
|
Maks. 10
< 3
Negatif / 100 gram
|
Sumber : Winarno (2008)
Setelah
penyimpanan selama 7 hari, terjadi perubahan pada karakteristik (warna, aroma,
rasa dan viskositas) yoghurt jagung yang dihasilkan pada toples A dan toples B.
Perubahan aroma
dan rasa yoghurt dipengaruhi oleh karena adanya senyawa tertentu dalam yoghurt
seperti senyawa asetaldehida, diasetil , asam asetat dan asam-asam lain yang
jumlahnya sangat sedikit . Senyawa ini dibentuk oleh bakteri Streptococcus thermophillis dari laktosa
susu, diproduksi juga oleh beberapa strain bakteri Lactobacillus bulgaricus (Friend dkk, 1985).
Aroma yoghurt
ini dipengaruhi oleh asam laktat yang diproduksi oleh Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus. Lactobacillus
bulgaricus yaitu memberikan aroma yang khas pada yoghurt. Sedangkan rasa dipengaruhi
oleh bakteri asam laktat (Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus), hanya saja bakteri Streptococcus
thermophilus lebih produktif dalam menghasilkan rasa asam. Rasa juga dipengaruhi
oleh lama penyimpanan, semakin lama penyimpanan, maka yoghurt yang dihasilkan semakin
asam. Sedangkan viskositas yang dihasilkan yaitu semakin kental / menggumpal.
Kekentalan ini dipengaruhi oleh lama penyimpanan yoghurt, makin lama waktu
penyimpanan maka tekstur yoghurt akan semakin kental.
Pada toples A
terjadi kenaikan pH sedangkan pada toples B justru terjadi penurunan pH. Pada
toples B, penurunan pH terjadi akibat asam yang dihasilkan oleh asam laktat
serta pembentukan asam lemak rantai pendek dalam bentuk asam aseat, propionate,
butirat, L-laktat, dan karbondioksida serta hidrogen selama fermentasi
berlangsung, sehingga pH yoghurt menjadi rendah (Yusmarini dan Efendi, 2004).
Sedangkan pada toples A kenaikan terjadi dapat disebabkan karena pengaruuh
penambahan sukrosa dan susu skim pada pembuatan yoghurt, dimana pemberian bahan
tersebut dapat menghambat mobilitas bakteri yang mengakibatkan penurunan
aktivitas bakteri kultur yoghurt dalam menghasilkan ion H+ (Alkali et al., 2008). Berdasarkan litelatur,
nilai pH yang baik diperoleh dari produk yoghurt berkisar dari nilai 3,68 -
4,15 . Nilai pH akan berpengaruh terhadap kerusakan yoghurt, yakni yoghurt
dengan pH 3,9 - 4,2 dalam penyimpanan dingin, jika terkontaminasi akan cepat
mengalami kerusakan karena pertumbuhan kapang dan khamir .
Total Asam Tertitrasi pada yoghurt
jagung pada setelah penyimpanan pada toples A yaitu 24,8 dan pada toples B
yaitu 52,8. Total asam tertitrasi (TAT) dinyatakan dengan persen asam laktat.
Asam laktat (C3H6O3) merupakan komponen asam
terbesar yang terbentuk dari hasil
fermentasi susu menjadi yoghurt (Helferich dan Westhoff, 1980). Asam ini
merupakan salah satu komponen yang memberikan kontribusi terhadap flavor dari
yoghurt. Pada toples A, TAT yang dihasilkan lebih kecil, hal ini disebabkan
karena penambahan sukrosa ke dalam yoghurt yang menyebabkan total bahan yoghurt
jagung menjadi berkurang, sehingga ketika dianalisis kadar asam laktatnya
kecil.
Menurut SNI 01.2981-1992 % kadar
asam laktat dalam yoghurt yaitu berkisar dari 0,5-2%. Namun, hasil analisis
kadar asam laktat yang terdapat pada yoghurt jagung yang dihasilkan tidak
sesuai dengan persyaratan mutu yoghurt yang ada. Sehingga pembuatan yoghurt ini
dapat dikatakan belum berhasil.
Kualitas produk
yoghurt ditentukan oleh bahan dasar pembuatan yoghurt serta bahan tambahan yang
dipakai saat pembuatan yoghurt (gula, susu skim). Penambahan gula
dapat menurunkan Aw dari bahan pangan sehingga mirkoorganisme dapat terhambat pertumbuhannya. Kualitas yoghurt juga
dipengaruhi oleh proses pasteurisasi (pensterilan),
kulturisasi dan inkubasi.
Terdapat beberapa masalah yang
sering timbul pada pembuatan yoghurt nabati diantaranya yaitu penurunan rasa
dan tekstur . Rasa asam yoghurt berubah menjadi agak hambar dan tekstur yoghurt
menjadi lebih cair. Hal tersebut dapat disebabkan oleh aktivitas bakteri yang
berhenti karena proses pembuatan yogurt yang kurang higienis atau kurang tepat.
Tabel 2. Masalah
pada Pembuatan Yoghurt
Masalah
|
Penyebab
|
Pengaruh
terhadap karakteristik sensori
|
Cara
mengatasi
|
1.
Yoghurt yang tidak jadi
|
|||
Susu pecah atau menggumpal saat dimasak
|
Susu dimasak terlalu lama/besar
|
Warna kuning gelap, tekstur menggumpal
|
Memasak yoghurt dengan appi yang kecil atau sedang. Diaduk
secukupnya.
|
Susu encer meskpun lama disimpan
|
Lupa menambahkan bibit
|
Tekstur encer
|
Membuat yoghurt kembali
|
Bibit dimasukkan sebelum dimasak
|
Rasa hambar
|
Bibit harus dimasukkan setelah susu dimasak
|
|
Jumlah bibit terlalu banyak/sedikit
|
Memasukkan dalam jumlah tepat 2-3%
|
||
bibit sudah tercemar atau rusak, atau berasal dari yoghurt
yang sudah dipasteurisasai (sehingga bakteri mengandung bakteri yoghurt
hidup)
|
Diganti dengan bibit baru
|
||
Pembentukan susu menjadi Yoghurt terlalu lama
|
|||
Yoghurt lama
|
Susu difermentasi disuhu terlalu panas/dingin sehingga
pertumbuhan bakteri lambat
|
Fermentasi suhu yang tepat (40-44/0C.
|
|
Bibit terlalu lemah karena berasal dari yoghurt yang
dipasteurisasi. Akibatnya tidak terdapat cukup bakteri untuk mengubah susu
menjadi yoghurt
|
Bibit diganti dengan yang baru
|
||
Yoghurt yang sudah jadi, tapi rasanya kurang enak
|
|||
Yoghurt terasa kasar dilidah, banyak mengandung butiran
kecil
|
Susu bubuk yang digunakan belum larut
|
Tekstur kasar
|
Diganti bibit
dengan yang baru
|
Rasa yoghurt hambar
|
Tercemar mikroba lain
|
Rasa hambar
|
|
Rasa yoghurt kurang asam
|
Suhu fermentasi agak terlalu tinggi (47-520C),
berakibat pada keseimbangan dan aktivitas L. Bulgaricus dan S. Thermpophillus
dalam yoghurt sehingga produksi laktase dan asam laktat berkurang
|
Rasa hambar
|
Susu fermentasi diatur berada diantara (40-440C).
|
Rasa terlalu asam
|
Fermentasi terlalu lama (lebih dari ½ hari) sehingga
produksi asam banyak
|
Rasa terlalu asam
|
Ketika yoghurt jadi, langsung dimasukkan ke lemari
pendingin untuk menghentikan produksi asam
|
Terbentuk air dipermukaan yoghurt
|
Fermentasi terlalu lama, wadah yang digunakan terguncang /
dipindahkan selama fermentasi, yoghurt terlalu encer sehingga memisah
|
Pengamatan dilakukan secara berkala, jika yoghurt telah
jadi maka harus segera dipindahkan ke wadah lain dan dimasukkan kedalam
lemari pendngin. Ditambahkan sedikit zat penstabil
|
Sumber : Widodo
(2002)
Untuk meningkatkan
nilai tambah dari yoghurt jagung, maka yoghurt jagung yang telah dihasilkan dapat dibuat menjadi es
krim, saos jagung, pure jagung, jelly ataupun pudding.
Perbedaan yoghurt susu
sapi dan yoghurt nabati yaitu, dilihat
dari komposisi zat gizinya, yoghurt susu sapi sangat tinggi kalsium dan zat besi, zat yang baik
untuk mencegah keropos tulang. Berdasarkan sumber The Wellness Encyclopedia (1991) menyebutkan bahwa setiap 227 yoghurt mengandung 275 – 400 mg kalsium, angka
yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan sumber kalsium yang lain. Kandungan
gizi lain adalah vitamin B komplek untuk kesehatan reproduksi, protein untuk
pertumbuhan, mineral dan vitaminn lain untuk menjaga dan memelihara kesehatan
sel tubuh.
Bila di nilai dari kandungan gizinya,
yoghurt nabati tidak kalah dengan yoghurt susu pada
umumnya. Hal ini karena bahan dasar yoghurt
adalah susu, bahkan ada beberapa kelebihan yoghurt nabati yang tidak dimiliki oleh susu murni, yaitu:
- Sangat cocok dikonsumsi oleh orang yang sensitif dengan susu (yang ditandai dengan diare) karena laktosa yang terkandung pada susu biasa sudah disederhanakan dalam proses fermentasi yoghurt.
- Bila dikonsumsi secara rutin, mampu menghambat kadar kolestrol dalam darah karena yoghurt mengandung bakteri lactobasillus. Lactobasillus berfungsi menghambat pembentukan kolestrol dalam darah kita yang berasal dari makanan yang kita makan seperti daging.
- Meningkatkan daya tahan tubuh kita karena yoghurt mengandung banyak bakteri baik sehingga secara otomatis dapat menyeimbangkan bakteri jahat yang terdapat dalam susu kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar