LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PANGAN
PEMERIKSAAN MIKROORGANISME DARI REMPAH-REMPAH
Iis Sa’diah (1305447)
I.
TEORI
·
Inokulum Tempe
Tempe adalah makanan yang
dibuat dari fermentasi
terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan
lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer
(kapang roti), atau Rh. arrhizus.
Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai "ragi
tempe"(Wikipedia,2014).
Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis
senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh
manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B
dan zat besi.
Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika
untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif
(Wikipedia,2014).
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang
merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi
komponen-komponen kedelai
pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak
masam (Wikipedia,2014).
Inokulum tempe yang telah dikenal oleh masyarakat saat ini
adalah usar dan inokulum bubuk buatan LIPI. Usar merupakan inokulum tempe yang
dibuat dari kedelai yang telah diberi ragi dan diletakkan diantara dua lapis
daun waru. Dalam pembuatan usar, proses pengeringannya dilakukan di tempat
terbuka sehingga jumlah bakteri kontaminan pada usar lebih banyak dibandingkan
inokulum bubuk. Inokulum bubuk buatan LIPI merupakan biakan R. Oligosporus yang
dibiakan pada media beras yang telah masak kemudian dikeringkan lalu digiling
(Kasmidjo, 1990).
Inokulum tempe dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan
atas profil mikroorganisme (Kasmidjo, 1990), yaitu:
- Starter yang mengandung lebih dari satu jenis atau lebih jamur tempe dan yang dapat dipastikan juga banyak mengandung bakteri. Starter tradisional (usar) termasuk dalam golongan ini.
- Starter murni, yaitu starter yang dibuat dengan menumbuhkan suatu jenis jamur tempe pada substrat yang dimasak. Starter yang dibuat dengan cara ini tentu masih terkontaminasi oleh bakteri, karena perlakuan pemanasan tanpa tekanan terhadap substrat (dimasak). Contoh starter murni adalah starter bubuk buatan LIPI.
- Starter kultur murni yang dibuat dengan membiakkan kultur murni R. oligosporus (atau jamur tempe yang baik lainnya) pada substrat yang dihasilkan secara aseptis. Contoh starter jenis ini adalah starter yang disiapkan oleh laboratorium untuk keperluan penelitian.
Menurut Kasmidjo (1990), inokulum tempe dapat
diperoleh dengan berbagai cara antara lain:
- Berupa tempe dari batch sebelumnya yang telah mengalami sporulasi.
- Berupa tempe segar yang dikeringkan di bawah sinar matahari.
- Sebagai biakan murni R. oligosporus yang disiapkan secara aseptis oleh lembaga riset atau lembaga pendidikan.
- Usar, merupakan inokulum tempe yang dibuat dari kedelai yang telah diberi ragi dan diletakkan diantara dua lapis daun waru atau daun jati.
Beberapa persyaratan atas kualitas jamur tempe yang
baik untuk digunakan sebagai starter tempe antara lain:
- Memiliki persentase perkecambahan spora yang tinggi segera setelah diinokulasikan dan mampu memproduksi spora dalam jumlah banyak.
- Pertumbuhan miselia setelah inokulasi harus kuat, lebat, berwarna putih bersih, memiliki aroma spesifik tempe yang enak, dan tidak mengalami sporulasi terlalu awal (Kasmidjo, 1990)
· Ragi Tape
Tape adalah kudapan yang dihasilkan
dari proses fermentasi bahan pangan berkarbohidrat sebagai substrat oleh ragi.
Di Indonesia dan negara-negara tetangganya, substrat ini biasanya umbi singkong dan beras
ketan. Ragi untuk fermentasi tapai
merupakan campuran beberapa mikroorganisme, terutama fungi
(kapang dan jamur), seperti Saccharomyces
cerevisiae, Rhizopus
oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida
utilis, Saccharomycopsis fibuligera, dan Pediococcus sp., namun tidak tertutup
kemungkinan jenis lain juga terlibat. Tapai hasil fermentasi dengan ragi yang
didominasi S. cerevisiae umumnya berbentuk semi-cair, lunak, berasa
manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket. Produksi
tapai biasanya dilakukan oleh industri kecil dan menengah (Wikipedia, 2013).
Ragi tape atau yang sering disebut sebagai “ragi”
adalah starter untuk membuat tape ketan atau tape singkong. Di dalam ragi ini
terdapat mikroorganisme yang dapat mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula
sederhana (glukosa) yang selanjutnya diubah lagi menjadi alkohol (Diana Rochintaniawati,
2014)
Beberapa jenis
mikroorganisme yang ada dalam ragi adalah Chlamydomucor
oryzae, Rhizopus oryzae, Mucor sp., Candida sp.,
Saccharomyces cerevicae, Saccharomyces verdomanii, dan lain-lain (Syarief, 2011). Ragi
tape merupakan populasi campuran mikroba yang terdapat beberapa jenis yaitu
genus Aspergillus, genus Saccharomises, genus Candida, genus Hansnula, sedang bakterinya adalah Acetobacter
(Widodo, 2011). Aspergillus dapat
menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces,
Candida dan Hansnula dapat
menurunkan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya. Acetobacter mengubah alkohol menjadi
cuka. Secara fisiologis, ragi mempunyai persamaan yaitu menghasilkan fermen
atau enzim-enzim yang dapat mengubah substrat menjadi bahan lain dengan
mendapat keuntungan berupa energi. Adapun substrat yang diubah berbeda-beda.
Saccharomyces
cerevisiae berfungsi dalam pembuatan roti dan bir, karena Saccharomyces bersifat fermentatif
(melakukan fermentasi, yaitu memcah glukosa menjadi karbon dioksida dan
alkohol) kuat. Namun, dengan adanya oksigen, Saccharomyces juga dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi
gula menjadi karbon dioksida dan air (Wikipedia, 2012).
Menurut Dr. Anton
Muhibuddin (2011), beberapa spesies Saccharomyces mampu memproduksi ethanol
hingga 13.01 %. Hasil ini lebih bagus dibanding genus lainnya seperti
Candida dan Trochosporon. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh
adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang
diperoleh dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu
optimum untuk fermentasi antara 28 – 30 oC. Beberapa spesies yang
termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces
boullardii, dan Saccharomyces uvarum.
Selain Saccharomyces cerevicae,
dalam proses pembuatan tape ini terlibat
pula mikroorganisme lainnya, yaitu Mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera.Kedua mikroorganisme
ini turut membantu dalam mengubah pati
menjadi gula sederhana (glukosa) (Syarief, 2011).
II.
TUJUAN
PRAKTIKUM
Agar
mahasiswa mengetahui cara pembuatan ragi tape
III.
ALAT
DAN BAHAN
Alat dan Bahan (Inokulum Tempe)
Alat dan Bahan (Ragi Tape)
VI.
PROSEDUR
KERJA
Pembuatan
ragi tape dapat digolongkan menjadi 2 cara, yaitu:
Cara A
1.
Melarutkan 5 gram ragi pasar dalam 20 ml
aquades, lalu kocok bahan-bahan tersebut sampai terbentuk suspensi.
2.
Menghaluskan bumbu-bumbu seperti jahe, bawang
putih, kayu manis, lada, dan cabe rawit sebanyak 5 gram. Lalu campurkan dengan
95 gram tepung beras dan aduk hingga merata.
3.
Menambahkan suspensi ragi pasar sebanyak 5
ml sedikit demi sedikit sampai terbentuk adonan.
4.
Bentuk bulat pipih lalu simpan di atas baki berisi alas
kertas.
Cara B
1.
Menghaluskan 5 gram bawang putih lalu
tambahkan 10 ml air suling, saring lalu ambil filtratnya.
2.
Menghacurkan 100 gram tepung beras, filtrat
air bawang dan 5 ml suspensi ragi pasar, aduk sampai terbentuk adonan.
3.
Membuat bulatan pipih lalu simpan di atas
baki berisi alas kertas.
Prosedur selanjutnya untuk cara A dan B
4.
Menginkubasi ragi tape pada suhu kamar 2-3
hari
5.
Mengeringkan di oven suhu 40oc
6.
Mengamati populasi mikroorganisme pada
ragi tape a dan b dan ragi tape pasar dengan media na pengenceran 10-4
dan 10-5
I.
HASIL
PENGAMATAN
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh
hasil pengamatan
1. Ragi Tape
Populasi Mikroorganisme di pengenceran
|
Cara A (Kelompok 4)
|
Cara B (Kelompok 5 )
|
Ragi Pasar
|
Jumlah Kapang =
TBUD
Jumlah Bakteri
= 1 koloni
|
Jumlah Kapang =
7
Jumlah Bakteri
= 14 koloni
|
TBUD
|
|
Jumlah Kapang =
6
Jumlah Bakeri =
2 koloni
|
Jumlah Kapang =
TBUD
Jumlah Bakteri
= 14 koloni
|
TBUD
|
Keterangan : TBUD (tidak bisa untuk dihitung)
2. Inokulum Tempe
Setelah 4 hari penyimpanan
Warna : putih kekuningan
Tingkat kekeruhan : ++++ (penuh dengan filamentus
mold)
Jumlah spora : tidak terlihat
Aroma : wangi tape
VI.
PEMBAHASAN
6.1 Ragi tape
Ragi tape merupakan
bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan tape, baik dari singkong atau beras
ketan. Secara tradisional ragi tape dibuat dari rempah-rempah seperti laos,
bawang putih, tebu, kunyit, gula pasir, ubi kayu dan jeruk nipis.
Menurut Gandjar (1999) dalam Hidayat
(2005), proses pembuatan ragi tape selalu membutuhkan sedikit ragi yang telah
jadi sebagai strarter awal populasi mikroba. Mikroba yang terkandung dalam ragi
tape terdiri dari beberapa jenis kapang, yaitu Chlamidomucor oryzae, Rhizopus oryzae, Mucor sp, yang berperan
dalam proses fermentasi sebagi produsen enzim amilase yaitu enzim yang dapat
menghidrolisis pati menjadi glukosa (Fardiaz 1992 dalam Hidayat 2005).
Ragi merupakan bahan utama dan penting dalam pembuatan
tape, didalam ragi terdapat mikroba Saccharomyces
cereviseae. Mikroba ini mengeluarkan enzim yang berguna dalam proses
fermentasi.
Pada praktikum pembuatan ragi tape, terdapat 2
prosedur pengerjaan yaitu cara A dan cara B. Namun, dalam pembuatan ragi tape
ini kami menggunakan prosedur dengan cara A. Bahan yang digunakan yaitu ragi
pasar, aquades, tepung beras, jahe, bawang putih, kayu manis, lada dan cabe
rawit sebanyak 5 gram. Penambahan bawang
putih dan kayu manis berfungsi untuk menghambat mikroorganisme kontaminan dan
bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan serta
merangsang tumbuhnya ragi dan kapang, karena pada bawang putih terdapat senyawa
antimikroba yang disebut Allicin.
Penambahan tepung beras berfungsi sebagai pati yang bertujuan untuk menyediakan
nutrien dan media untuk pertumbuhan mikroba. Sedangkan penambahan ragi pasar
berfungsi sebagai strarter awal dalam membentuk populasi mikroba.
Dalam proses
pembuatann ragi tape cukup sederhana meliputi pengupasan bahan-bahan kemudian
penghalusan, pencampuran dengan tepung beras dan penambahan sedikit air sampai
terbentuk adonan yang kalis. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 3 hari
dan dikeringkan dalam suhu C.
Selanjutnya, diambil 1 gram ragi untuk dibuat pengenceran sampai .
Untuk mengamati mikroorganisme yang terdapat dalam
ragi, digunakan media Na (Nutrient
Agar) dengan pengenceran dan dan diinkubasi selama 2 hari.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat terlihat
mikroorganisme yang tumbuh pada media dengan pengenceran jumlah kapang tidak dapat dihitung dan
terdapat 1 bakteri, sedangkan pada pengenceran terdapat 7 kapang dan 2 bakteri. Berbeda
dengan ragi tape yang mendapat perlakuan dengan prosedur B, pada pengenceran terdapat 7 kapang dan 14 bakteri, sedangkan
pada pengenceran jumlah kapang tidak terhitung dan terdapat 14
bakteri. Sedangkan untuk ragi pasar jumlah bakteri dan kapang tidak bisa
dihitung.
Jika dibandingkan, pembuatan ragi dengan prosedur B menghasilkan
mikroba lebih banyak, hal tersebut terjadi karena perbedaan penambahan bahan
pada prosedur A dan B, seperti penambahan aquades pada prosedur A dan
penambahan air suling pada prosedur B. Selain itu, banyaknya mikroba dapat
diakibatkan oleh banyaknya kontaminan yang terdapat pada
ragi tape. Kontaminan bakteri tersebut dapat berasal dari tangan praktikan atau
alat yang kurang steril, atau saat mencampur adonan praktikan kurang menjaga
lingkungan agar tetap steril. Padahal dalam ragi tape yang baik seharusnya
didominasi oleh kapang dan khamir. Menurut Suliantari dan Winiati (1989),
mikroorganisme yang lazim terdapat dalam ragi tape dan sangat berperan dalam
fermentasi tape biasanya didominasi oleh kapang dari genus Amylomyces,
Rhizopus dan Mucor serta khamir
dari genus Endomycopsis, Saccharomyces,
Hansenula dan Candida. Setiap
mikroorganisme tersebut mempunyai peranan masing-masing, terutama khamir dari
genus Saccharomyces berperan dalam
pembentukan alkohol.
6.2
Inokulum
Tempe
Inokulum tempe atau
laru merupakan sekumpulan spora kapang tempe yang
digunakan
untuk bahan pembibitan dalam pembuatan tempe. Tanpa laru sebagai
benih
kapangnya, kedelai yang difermentasi akan menjadi bahan busuk (Sarwono,1998).
Inokulum tempe memegang peranan penting dalam pembuatan tempe, karena dapat
mempengaruhi mutu tempe yang dihasilkan (Anonymous, 2005). Menurut
Sarwono (2004), inokulum tempe atau laru adalah kumpulan spora kapang tempe
yang digunakan sebagai bahan pembibitan dalam pembuatan tempe. Inokulum yang
umumnya digunakan pada fermentasi tempe adalah usar dan inokulum bubuk.
Pada pembuatan inokulum tempe, digunakan bahan dari beras, tempe dan PDA. Sebanyak 15 gram beras dengan penambahan air 1 : 1
disterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit untuk membunuh mikroorganisme yang
terkandung dalam beras. Kemudian diinokulasi dengan spora kapang atau tempe pasar, selanjutnya yaitu pengadukan dan penyimpanan. Inokulum di inkubasi selama 3 hari pada suhu 30oC kemudian
dinaikan sampai suhu 40oC selama 3-4 hari sampai sehingga inokulum mengering dan dilakukan
penghancuran menggunakan blender. Ragi tempe yang akan
digunakan untuk fermentasi harus benar-benar kering sehingga siap berperan
sebagai bibit kapang yang baru. Ragi yang belum benar-benar kering apabila
disimpan akan menggumpal dan ditumbuhi spora jamur perusak. Penyimpanan ragi
tempe dapat dilakukan pada suhu 5-10°C dalam plastik tertutup. Inokulum tempe
yang disimpan pada suhu kamar dapat bertahan selama 12-14 minggu dan setelah itu
jumlah spora dalam inokulum tempe akan menurun drastis dan keaktifannya juga
akan berkurang (Suprapti, 2003).
Berdasarkan
hasil pengamatan, setelah dilakukan penyimpanan selama 4 hari didapat
karakteristik sensori dari inokulum tempe yaitu warna putih kekuningan, hal ini
dikarenakan R.oligosporus dalam aktivitasnya cenderung tidak
menimbulkan perubahan warna. Selain itu
tingkat kekeruhannya ++++ , jumlah spora tidak terlihat dan aromanya wangi
tape. Inokulum tempe mengandung spora-spora kapang yang
pada pertumbuhannya menghasilkan enzim yang dapat mengurai substrat menjadi
komponen pengasam substrat yang lebih kecil, lebih mudah larut serta
menghasilkan flavour dan aroma yang khas.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan yang
dilakukan pada proses pembuatan ragi tape dan inokulum tempe, dapat
disimpulkan:
1. Ragi
merupakan bahan utama dan penting dalam pembuatan tape, didalam ragi terdapat
mikroba Saccharomyces cereviseae yang
berguna dalam proses fermentasi.
2. Penambahan
bawang putih dan kayu manis pada ragi tape berfungsi untuk menghambat
mikroorganisme kontaminan dan bertujuan untuk mencegah pertumbuhan mikroba yang
tidak diharapkan.
3. Penambahan
tepung beras berfungsi sebagai pati yang bertujuan untuk menyediakan nutrien
dan media dalam pertumbuhan mikroba. Sedangkan penambahan ragi pasar berfungsi sebagai
strarter awal dalam membentuk populasi mikroba.
4. Mikroorganisme
dapat terlihat dengan pengenceran 10-4
dan 10-5. Ragi tape dengan perlakuan cara B lebih
banyak mengandung mikroba, dibandingkan dengan ragi tape dengan perlakuan cara
A.
5. Banyaknya
mikroba dapat diakibatkan oleh banyaknya kontaminan bakteri yang
terdapat pada ragi tape.
6. Inokulum
tempe merupakan kumpulan spora kapang tempe yang digunakan sebagai bahan
pembibitan dalam pembuatan tempe.
7. Ragi
tempe yang akan digunakan untuk fermentasi harus benar-benar kering. Karena
berperan membentuk bibit kapang yang baru.
8. Karakteristik
sensori pada inokulum tempe terjadi setelah 4 hari penyimpanan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011.
Fermentasi ragi Tape,[Online]. Tersedia: http://far71.wordpress.com/2011/06/16/fermentasi-ragi-tape/
Anonim.1980.Pembuatan
Ragi Tape,[Online]. Tersedia: http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/ipb/Pembuatan%20ragi%20tape.pdf
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1.
Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Mulya,Vikki.2013.Tersedia:
http://digilib.unpas.ac.id/download.php?id=421
Rochintaniawati, Diana.Pembuatan
Ragi Tempe,[Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/DIANA_ROCHINTANIAWATI/BIOLOGY_TERAPAN/PEMBUATAN_RAGI_TAPE_%26_TAPE.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar